al-Farabi: Jiwa dan Daya Jiwa

al-Farabi: Jiwa dan Daya Jiwa

Ringkasan Singkat

Video ini membahas pemikiran Al-Farabi tentang jiwa, akal, dan filsafat kenabian. Al-Farabi menjembatani perbedaan pendapat antara Plato dan Aristoteles tentang jiwa, menjelaskan berbagai daya jiwa, dan mengklasifikasikan akal menjadi praktis dan teoritis. Poin utama meliputi:

  • Jiwa sebagai substansi (roh) dan bentuk (terkait tubuh).
  • Pembagian akal menjadi praktis dan teoritis (potensial, aktual, mustafad).
  • Konsep filsafat kenabian, di mana nabi memiliki kemampuan istimewa untuk berkomunikasi langsung dengan akal fa'al.

Jiwa Menurut Al-Farabi

Menurut Al-Farabi, sumber jiwa berasal dari akal ke-10. Al-Farabi menjembatani perbedaan pendapat antara Plato dan Aristoteles tentang jiwa. Plato berpendapat bahwa jiwa adalah substansi rohani, esensi dari rohani itu sendiri. Sementara Aristoteles berpendapat bahwa jiwa adalah bentuk dari jasmani. Al-Farabi menyintesis kedua pandangan ini dengan menyatakan bahwa jiwa adalah substansi ketika tidak dihubungkan dengan tubuh, tetapi menjadi bentuk ketika dihubungkan dengan tubuh.

Daya Jiwa dan Akal Praktis

Al-Farabi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya gerak, daya mengetahui, dan daya berpikir. Akal dibagi menjadi dua jenis: akal praktis dan akal teoritis. Akal praktis digunakan untuk hal-hal yang sederhana dan aplikatif, seperti mengetahui fungsi sebuah benda tanpa perlu teori mendalam. Contohnya, mengetahui bahwa teh dibuat untuk diminum atau kegunaan laptop tanpa perlu pemahaman filosofis yang rumit.

Akal Teoritis: Potensial, Aktual, Mustafad

Akal teoritis dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, akal potensial (fisik) yang memerlukan bantuan panca indra untuk menjadi aktual. Kedua, akal aktual yang dapat menyimpulkan sesuatu tanpa bantuan panca indra, berdasarkan prinsip-prinsip universal. Ketiga, akal mustafad, yaitu akal yang memperoleh pengetahuan dari akal fa'al, memungkinkan komunikasi dengan sumber informasi yang lebih tinggi.

Filsafat Kenabian

Filsafat kenabian menurut Al-Farabi menjelaskan bahwa nabi memiliki keistimewaan jiwa yang memungkinkannya berhubungan langsung dengan akal fa'al dalam kondisi apapun. Kemampuan ini adalah anugerah terbesar bagi nabi, berbeda dengan filosof yang perlu usaha keras untuk mencapai komunikasi dengan akal fa'al. Dalam konteks agama, akal fa'al ini sering dipersonifikasikan sebagai Jibril, yang membawa informasi kepada nabi.

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ