Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang sejarah spiritual dan mistis Indonesia, khususnya Pulau Jawa, dari perspektif Islam. Beberapa poin penting yang dibahas meliputi:
- Peran Wali Abdal dalam menjaga Islam di Nusantara.
- Mengapa Jawa dipilih sebagai pusat Islam di masa depan.
- Kisah Syekh Jamaluddin, keturunan Nabi Muhammad SAW pertama yang datang ke Jawa.
- Perjanjian antara Syekh Subakir dan Sabdo Palon Genggong yang memungkinkan Islam berkembang tanpa perang di Jawa.
- Peran penting tokoh-tokoh seperti Bung Karno dan Pak Harto dalam sejarah Indonesia.
- Pentingnya kerukunan antara NU dan Muhammadiyah.
- Upaya mengadakan perjanjian baru dengan pemimpin Hindu untuk mencegah bencana di Indonesia.
Pengantar
Penceramah memulai dengan menyampaikan bahwa materi yang akan disampaikan cukup panjang. Beliau akan menceritakan kisah yang terdapat dalam kitab yang dikarang oleh Sunan Sendang, yang merupakan tangan kanan Sunan Drajat. Kitab ini sering dijadikan cerita dalam acara haul di Pondok Sunan Drajat dengan menggunakan wayang songsong.
Wali Abdal dan Rapat di Baghdad
Dijelaskan bahwa Allah memiliki petugas-petugas berupa manusia sejumlah 40 yang disebut Rijalul Ghaib atau Wali Abdal. Wali Abdal ini berkeliling dunia dan memiliki kemampuan seperti malaikat. Mereka dipimpin oleh Wali Aut yang berjumlah tujuh, dan Wali Aut dipimpin oleh Wali Qutub yang hanya satu. Sekitar tahun 900, para Wali Abdal mengadakan rapat pleno di Baghdad untuk membahas bahwa di akhir zaman harus ada negara dengan mayoritas penduduk Islam. Jika tidak ada, Islam akan dijadikan permainan oleh setan.
Penentuan Nusantara sebagai Pusat Islam
Dalam rapat tersebut, seorang Wali Abdal menyampaikan hadis Nabi Muhammad SAW bahwa di akhir zaman, Islam yang paling kuat akan berada di arah timur. Setelah mencari, ditemukan bahwa India, Malaysia, Filipina, dan Indonesia berada di timur Mekah dan Madinah. Kemudian, seorang Wali Abdal lain menyampaikan bahwa tanda calon penghuni surga adalah memiliki fisik yang sedang dan tata krama yang baik. Setelah dirapatkan, diputuskan bahwa negara dengan penduduk yang fisiknya sedang dan tata kramanya baik adalah Nusantara.
Penugasan Wali Abdal untuk Menumbali Nusantara
Seorang Wali Abdal ditugaskan untuk menumbali Nusantara agar di akhir zaman tidak ada agama selain Islam yang kuat di sana. Wali Abdal ini kemudian pergi ke Pulau Jawa saat Kerajaan Majapahit runtuh. Ia tiba di Tuban, lalu berjalan ke selatan hingga Babat dan Modo. Di Modo, ia menemukan seorang wanita hamil yang akan melahirkan dan dijaga oleh dua tentara yang diperintahkan untuk membunuh bayi tersebut. Wanita itu adalah istri muda Raden Wijaya yang difitnah oleh istri tua.
Kelahiran Joko Modo
Wali Abdal kemudian masuk ke dalam rahim wanita tersebut dan bayi yang lahir adalah penjelmaan dari Wali Abdal. Kedua tentara tersebut ketakutan dan melarikan diri. Bayi tersebut kemudian dibawa ke rumah lurah dan dijadikan anak angkat. Bayi itu diberi nama Joko Modo dan tumbuh menjadi anak yang sakti mandraguna.
Joko Modo Menjadi Patih Gajah Mada
Raja Majapahit mengadakan sayembara adu kerbau. Kerbau Joko Modo berhasil mengalahkan kerbau raja, sehingga Joko Modo diangkat menjadi panglima. Saat raja Majapahit berganti menjadi Hayam Wuruk, Joko Modo diangkat menjadi Patih Gajah Mada. Gajah Mada adalah penjelmaan Wali Abdal yang bertugas menumbali Nusantara agar tidak ada agama selain Islam yang kuat.
Gajah Mada Menumbali Nusantara
Gajah Mada menumbali pulau-pulau di Nusantara agar Islam tetap kuat. Namun, Bali tidak berhasil ditumbali karena dikuasai oleh Prabu Minak Jinggo yang memiliki aji-aji wesi kuning. Setelah selesai menumbali Nusantara, Gajah Mada menghilang dan tidak ada yang tahu kuburannya.
Mengapa Indonesia Ditumbali?
Indonesia ditumbali agar hanya Islam yang kuat di sana. Hal ini karena saat Yazid menjadi raja, terjadi pembantaian keluarga Nabi Muhammad SAW di Karbala. Salah satu cucu Nabi, Ali Zainal Abidin, berhasil diselamatkan dan dibesarkan di Samarkand. Keturunan Ali Zainal Abidin, Syekh Jamaluddin, kemudian datang ke Pulau Jawa dan menjadi orang pertama yang menyebarkan Islam di sana.
Syekh Jamaluddin dan Keturunannya
Syekh Jamaluddin menyebarkan Islam di Jawa dan memiliki banyak anak. Keturunannya banyak yang menjadi tokoh penting di Rembang, Lasem, dan Sarang. Salah satu putranya, Ibrahim Asmarakandi, tinggal di Tuban dan menurunkan banyak ulama, termasuk Sunan Ampel dan Sunan Drajat. Oleh karena itu, keturunan Nabi Muhammad SAW paling banyak berada di Pulau Jawa.
Kisah Sultan Muhammad dan Wali Songo
Pada tahun 1404, Sultan Muhammad dari Turki bermimpi bertemu Allah dan diperintahkan untuk mengirim sembilan orang ke Pulau Jawa untuk mengislamkan raja-raja di sana tanpa kekerasan. Sultan Muhammad kemudian menunjuk Syekh Subakir dan delapan orang lainnya, termasuk Malik Ibrahim dan Maulana Ishak, sebagai Wali Songo pertama. Wali Songo bertugas mengislamkan Pulau Jawa, sedangkan Wali Songo kedua bertugas mengatur Islam di Pulau Jawa.
Mengapa Jumlah Wali Songo Sembilan?
Jumlah sembilan dipilih karena dalam perhitungan ramalan Jawa, kata "Jawa" terdiri dari huruf "Jo" dan "Wo" yang jika dihitung menggunakan abjad Arab (abajadun) berjumlah sembilan. Banyak kerajaan besar di Jawa yang namanya berjumlah sembilan huruf, seperti Indonesia, Pancasila, Majapahit, Sriwijaya, Siliwangi, Singosari, dan Blambangan.
Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Raja-Raja di Jawa
Maulana Ishak bertugas mengislamkan Kerajaan Blambangan. Malik Ibrahim dan Jumadil Kubro mengislamkan Majapahit, termasuk Prabu Kertawijaya. Syekh Hasanuddin bertugas mengislamkan Pajajaran. Wali Songo berhasil mengislamkan raja-raja di Jawa tanpa perang, yang merupakan hal yang unik karena di Mekah, Irak, dan Iran, Islam masuk melalui peperangan.
Perjanjian antara Syekh Subakir dan Sabdo Palon Genggong
Syekh Subakir membuat perjanjian dengan Sabdo Palon Genggong di Kudus yang memungkinkan Islam berkembang di Jawa tanpa perang. Salah satu isi perjanjiannya adalah masjid harus dibangun dengan model seperti bangunan Hindu. Perjanjian lainnya adalah Hindu menyerahkan Pulau Jawa kepada Islam selama 500 tahun, dan setelah itu harus diadakan perjanjian baru. Masa 500 tahun itu berakhir pada tanggal 16 Agustus 1999.
Wali Songo Kedua dan Kerajaan Demak
Wali Songo pertama berhasil mengislamkan raja-raja di Jawa, kemudian diganti oleh Wali Songo kedua yang bertugas mengatur Islam di Pulau Jawa. Wali Songo kedua dipimpin oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan beranggotakan Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Bonang, dan Syekh Syarif Hidayatullah (Gunung Jati). Kerajaan Islam pertama di Jawa adalah Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.
Perpecahan di Kerajaan Demak dan Penjajahan Belanda
Setelah Raden Patah dan Pati Unus meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak antara Trenggono, Aryo Penangsang, dan Joko Tingkir. Perang saudara ini menyebabkan Kerajaan Demak melemah dan akhirnya dijajah oleh Belanda selama lebih dari 300 tahun.
Peran NU dan Muhammadiyah
Wali Songo mengajarkan Ahlussunnah wal Jamaah yang kemudian menjadi NU. Muhammadiyah hadir sebagai penyeimbang NU. NU diibaratkan rem, sedangkan Muhammadiyah diibaratkan gas. Jika keduanya rukun, maka akan tercipta keseimbangan. Penceramah menekankan pentingnya kerukunan antara NU dan Muhammadiyah.
Presiden-Presiden Indonesia dan Peran Mereka
Bung Karno berhasil mempersatukan Indonesia menjadi satu nusa dan satu bangsa. Pak Harto berhasil membubarkan PKI. Gus Dur diberi ujian oleh Allah dengan mata yang tidak awas dan istri yang tidak bisa berjalan agar Indonesia sadar untuk menjadi bangsa yang lebih baik dan jujur. Megawati diberi kesempatan menjadi presiden meskipun tidak bisa mengaji sebagai ujian bagi umat Islam.
Peringatan bagi Indonesia
Penceramah mengingatkan bahwa Indonesia sering mengalami bencana karena kurangnya kerukunan. Aceh mengalami tsunami karena perang saudara selama 36 tahun. Jogja sering unjuk rasa dan mengalami bencana Gunung Merapi. Sidoarjo juga mengalami masalah karena NU tidak rukun.
Upaya Mengadakan Perjanjian Baru dengan Pemimpin Hindu
Saat Gus Dur menjadi presiden, pemimpin Hindu sedunia datang ke Indonesia untuk mengadakan perjanjian baru karena perjanjian antara Syekh Subakir dan Hindu telah berakhir pada tanggal 16 Agustus 1999. Namun, syaratnya adalah Indonesia harus memiliki seorang kiai yang menjadi orang tua Indonesia, bukan milik golongan tertentu. Gus Dur ditolak karena dianggap hanya mementingkan golongan.
Anwar Ibrahim dan Perjanjian Baru
Anwar Ibrahim kemudian diangkat menjadi orang tua Islam se-Asia Tenggara dan diterima. Setelah itu, penceramah dipanggil ke India oleh pemimpin Hindu sedunia untuk meminta didoakan agar Indonesia terbebas dari bencana. Penceramah kemudian pergi ke India dan bertemu dengan seorang tokoh Hindu yang sangat tua dan saleh yang mendoakan Indonesia.
Penutup
Penceramah menutup pengajian dengan mendoakan agar semua yang mendengarkan pengajiannya masuk surga. Beliau juga menyampaikan bahwa cerita tentang Indonesia sudah selesai dan akan dilanjutkan jika ada kesempatan lain.