Ringkasan Singkat
Video ini adalah wawancara mendalam dengan Bambang Wuryanto, atau yang lebih dikenal sebagai Bambang Pacul, seorang tokoh politik yang memegang teguh filosofi Jawa tentang "Satria". Dalam wawancara ini, Bambang Pacul membahas tentang latar belakangnya, nilai-nilai yang dipegangnya, pandangannya tentang politik, serta refleksi tentang tokoh-tokoh penting seperti Bung Karno dan hubungannya dengan Megawati Soekarnoputri.
- Filosofi "Satria" sebagai kompas kehidupan.
- Pentingnya pengabdian dan integritas dalam politik.
- Refleksi tentang tokoh-tokoh penting dan nilai-nilai Jawa.
Mengenal Bambang Wuryanto: Latar Belakang dan Filosofi Hidup
Bambang Wuryanto menjelaskan bahwa nama "Bambang" yang diberikan orang tuanya adalah harapan agar ia menjadi seorang ksatria. Ia juga menceritakan latar belakang keluarganya, di mana ayahnya adalah seorang anggota Kopassus dan kakeknya adalah seorang pengatur air yang sangat dihormati. Dari kakeknya, ia belajar banyak tentang kultur Jawa secara langsung, bukan hanya dari buku. Ajaran utama dari kakeknya adalah bahwa setiap orang harus memiliki kompas kehidupan yang tidak boleh berubah, dan baginya, kompas itu adalah menjadi seorang Satria.
Syarat Menjadi Seorang Satria: Keris, Turonggo, dan Wanita
Bambang Pacul menjelaskan lima syarat menjadi seorang Satria. Pertama, memiliki "keris" yang berarti sifat mengandal atau memiliki senjata, yang dalam konteks modern adalah ilmu pengetahuan. Kedua, memiliki "Turonggo" atau kuda, yang melambangkan kemampuan komunikasi dan pengetahuan yang luas. Ketiga, memiliki tempat untuk beristirahat atau memulihkan kelelahan. Keempat, memiliki wanita yang dapat memperkuat semangat. Kelima, memiliki "Klangenan" atau hubungan emosional dengan makhluk hidup lain.
Ironi dan Ambigu dalam Konsep Kesatriaan di Dunia Pewayangan
Bambang Pacul membahas tentang ironi dan ambiguitas dalam konsep kesatriaan dalam dunia pewayangan. Ia mencontohkan tokoh Kumbokarno dan Adipati Karno yang memiliki dilema moral dalam membela kebenaran. Menurutnya, nilai seorang Satria terletak pada pengabdiannya, meskipun kadang harus menghadapi situasi yang tidak ideal.
Bung Karno: Raja atau Satria?
Bambang Pacul berpendapat bahwa Bung Karno, dalam kedudukannya sebagai raja atau presiden, telah melewati batas-batas kesatriaannya. Ia menjelaskan bahwa seorang raja harus memiliki dua hal: "hambeg para martha" (memberi) dan "hambeg adil para marta" (adil). Bambang Pacul juga mengungkapkan kekagumannya pada Bung Karno dan bagaimana ia terinspirasi oleh sosok tersebut sejak muda.
Memilih Jalan Politik: GMNI dan PDI Perjuangan
Bambang Pacul menceritakan alasannya memilih untuk bergiat di GMNI dan kemudian bergabung dengan PDI Perjuangan. Ia mengungkapkan bahwa kekagumannya pada Bung Karno menjadi motivasi utamanya. Ia juga menjelaskan bagaimana ia belajar banyak tentang Bung Karno melalui alam pikir dan tokoh Cokroaminoto.
Strategi PDI Perjuangan dalam Menghadapi Tantangan Politik
Bambang Pacul menjelaskan strategi PDI Perjuangan dalam menghadapi tantangan politik, termasuk saat mengalami penurunan suara. Ia mengungkapkan bahwa analisis mendalam terhadap data dan kondisi lapangan menjadi kunci untuk memenangkan kembali kepercayaan rakyat. Ia juga menceritakan pengalamannya sebagai ketua DPD dan bagaimana ia menerapkan strategi "live in" untuk memahami kebutuhan masyarakat.
Menjadi Panglima Perang: Tugas dan Tanggung Jawab
Bambang Pacul menjelaskan tugas dan tanggung jawabnya sebagai ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI Perjuangan. Ia mengungkapkan bahwa ia tidak pernah menerima uang dari bawah dan selalu berusaha untuk memperkuat tenaga kaum miskin. Ia juga menceritakan perannya dalam memenangkan Ganjar Pranowo sebagai gubernur Jawa Tengah.
Pemilu 2024: Strategi dan Optimisme
Bambang Pacul membahas tentang persiapan PDI Perjuangan dalam menghadapi Pemilu 2024. Ia mengakui adanya kemandekan elektabilitas Ganjar Pranowo, tetapi tetap optimis bahwa dengan kerja keras dan strategi yang tepat, PDI Perjuangan dapat memenangkan pertarungan. Ia juga menjelaskan perbedaan antara pengamat dan kader partai dalam menghadapi pemilu.
Syarat Objektif dalam Pertempuran Politik
Bambang Pacul menekankan pentingnya memenuhi syarat-syarat objektif dalam pertempuran politik. Ia mencontohkan pengalamannya dalam memenangkan pemilihan walikota di Pekalongan. Ia juga membahas tentang wilayah-wilayah yang dianggap berat seperti Jawa Timur dan Madura, serta bagaimana strategi yang tepat dapat mengubah keadaan.
Filosofi Jawa dan Representasi Tokoh Pewayangan
Bambang Pacul menjelaskan tentang filosofi Jawa tentang "laku" dan "tirakat". Ia juga membahas tentang representasi tokoh-tokoh pewayangan dalam diri pemimpin. Menurutnya, setiap orang tua memberikan nama kepada anaknya dengan harapan akan kesaktian dan karakter yang baik. Ia juga mengungkapkan kekagumannya pada tokoh Puntadewa.
Soft Landing Seorang Satria: Pilihan dan Keniscayaan
Bambang Pacul mengungkapkan keinginannya untuk "soft landing" atau pensiun dengan tenang dari dunia politik. Ia menyadari bahwa hal ini tidak mudah, tetapi ia ingin mematahkan aksioma bahwa seorang pejabat publik tidak bisa soft landing. Ia juga menceritakan tentang kondisi kesehatannya dan bagaimana ia tetap berusaha untuk mengabdi.
Pengabdian kepada Ibu Pertiwi dan Megawati Soekarnoputri
Bambang Pacul menjelaskan alasan mengapa ia sangat takdim kepada Megawati Soekarnoputri. Ia mengungkapkan bahwa hal ini adalah bagian dari mimpinya untuk melihat Indonesia bersatu seperti yang dicita-citakan oleh Bung Karno. Ia juga membahas tentang pandangan orang tentang dinasti politik dan bagaimana ia percaya pada trah Kusumo rembesing madu.
Kebanggaan sebagai Orang Jawa dan Cinta pada Wayang
Bambang Pacul mengungkapkan kebanggaannya sebagai orang Jawa dan kecintaannya pada wayang. Ia menjelaskan bahwa wayang adalah representasi dari tata nilai dan kultur Jawa yang kaya. Ia juga menceritakan tentang proyek pembuatan kamus bahasa Jawa bertingkat yang sedang dikerjakan oleh temannya.