Ringkasan Singkat
Video ini membahas kontroversi ijazah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari sudut pandang Dr. Rismun Sianipar. Dr. Rismun menjelaskan bagaimana ia mulai meneliti keaslian ijazah Jokowi setelah membaca buku "Jokowi Undercover" dan menemukan kejanggalan pada skripsi Jokowi di perpustakaan Fakultas Kehutanan UGM. Ia membandingkan teknologi yang digunakan pada saat itu dengan tampilan skripsi Jokowi yang dianggap terlalu modern.
- Kejanggalan pada skripsi Jokowi, seperti tidak adanya tanda tangan dosen penguji dan perbedaan nama dosen pembimbing.
- Perbandingan teknologi cetak skripsi pada tahun 1985 dengan tampilan skripsi Jokowi yang dianggap terlalu modern.
- UGM yang dinilai tertutup dalam memberikan penjelasan terkait keaslian skripsi Jokowi.
Awal Mula Kontroversi Ijazah Jokowi
Dr. Rismun Sianipar menjelaskan bahwa masalah ijazah Jokowi bermula dari Gus Nur dan Bambang Tri pada tahun 2019-2020. Setelah membaca "Jokowi Undercover", Dr. Rismun mulai meneliti keaslian ijazah tersebut. Ia menekankan pentingnya bukti dan kajian dalam penelitian.
Kejanggalan pada Skripsi Jokowi di UGM
Dr. Rismun menemukan video dari Fakultas Kehutanan UGM yang menunjukkan fotokopi ijazah dan skripsi Jokowi. Ia memeriksa frame demi frame video tersebut dan menemukan kejanggalan pada lembar pengesahan skripsi. Ia membandingkan teknologi yang digunakan pada tahun 1994 saat ia masih kuliah di UGM dengan tampilan skripsi Jokowi yang dianggap terlalu modern untuk tahun 1985.
Investigasi ke Perpustakaan Fakultas Kehutanan UGM
Dr. Rismun pergi ke perpustakaan Fakultas Kehutanan UGM untuk memeriksa langsung skripsi Jokowi. Ia menemukan bahwa skripsi tersebut tidak memiliki lembar pengesahan dengan tanda tangan dosen penguji. Selain itu, terdapat perbedaan nama dosen pembimbing, yaitu Ahmad Sumitro (dengan "U") pada catatan lain, sementara di lembar pengesahan skripsi tertulis Prof. Dr. Ir. Ahmad Soemitro (dengan "oe").
Konfirmasi dengan Wakil Rektor UGM dan Alumni
Pada tanggal 15 April, Dr. Rismun bersama Dr. Roy Surya dan Dr. Tifa bertemu dengan dua wakil rektor UGM untuk menanyakan tentang lembar pengesahan skripsi. Wakil rektor UGM juga bingung karena tidak ada lembar pengesahan tersebut. Saminuddin Baruitou, yang mengaku sebagai rekan alumni Jokowi, menunjukkan skripsi yang dicetak di percetakan Perdana dengan tampilan yang sangat modern.
Perbandingan dengan Skripsi Lain dan Tanggapan UGM
Dr. Rismun menerima video skripsi lain yang lembar pengesahannya kosong tanpa tanda tangan pembimbing dan stempel penguji. Ia menilai bahwa UGM tidak mungkin seceroboh itu dalam administrasi akademik. Ia juga menemukan bahwa skripsi Budi Darmito tahun 1985 masih menggunakan mesin ketik, sementara skripsi Jokowi sudah menggunakan watermark kuning logo UGM yang menurutnya tidak mungkin ada pada tahun 1985.
Harapan akan Keterbukaan UGM dan Tanggapan Publik
Dr. Rismun berharap UGM terbuka dan memberikan penjelasan kepada publik terkait keaslian skripsi Jokowi. Ia menekankan pentingnya diskusi ilmiah dan akses publik terhadap informasi. Ia menyayangkan bahwa UGM terkesan tertutup dan tidak memberikan jawaban yang memuaskan terkait kejanggalan-kejanggalan tersebut.