Cara ILMIAH Menghapus 'MENUNDA' di Hidup lu (SELAMANYA)

Cara ILMIAH Menghapus 'MENUNDA' di Hidup lu (SELAMANYA)

Ringkasan Singkat

Video ini membahas tentang mengapa kita menunda-nunda pekerjaan dan bagaimana cara mengatasinya. Penundaan bukan disebabkan oleh kemalasan, tetapi karena menghindari emosi negatif. Video ini menawarkan empat langkah ilmiah untuk mengubah kebiasaan menunda menjadi tindakan nyata:

  • Membuat tugas menjadi lebih kecil dan mudah diterima oleh otak.
  • Memprogram otak agar menyukai proses yang sulit dengan menerapkan biaya keterlambatan dan mengubah rasa sakit menjadi sinyal kemenangan.
  • Memproteksi jam kerja dari gangguan dengan menjauhkan sumber godaan dan mengunci pintu digital.
  • Mengambil tindakan nyata sekarang juga untuk membuktikan efektivitas teori yang telah dipelajari.

Pendahuluan

Video ini membahas tentang siklus penundaan yang sering terjadi, di mana seseorang merasa gelisah dan cemas saat menghadapi tugas, lalu mencari pelarian instan seperti membuka HP. Dijelaskan bahwa penundaan bukan karena malas, tetapi karena otak secara alami menghindari rasa tidak enak seperti cemas dan frustrasi. Video ini menawarkan empat langkah ilmiah untuk mengatasi masalah ini dan mengubah diri menjadi orang yang langsung bertindak.

Akar Masalah Penundaan: Menghindari Emosi

Dijelaskan bahwa akar masalah penundaan bukanlah kemalasan, melainkan upaya untuk menghindari emosi negatif. Penelitian dari Dr. Timothy Pichil menunjukkan bahwa menunda adalah strategi otak untuk mengatasi suasana hati atau emosi negatif. Ketika dihadapkan pada tugas yang sulit, otak membayangkan emosi negatif yang mungkin muncul, sehingga mencari solusi cepat seperti membuka Instagram untuk mendapatkan dopamin. Oleh karena itu, membuat daftar tugas saja tidak cukup karena tidak membantu mengendalikan emosi saat memulai pekerjaan.

Solusi 1: Membuat Tugas yang Bisa Diterima Otak

Solusinya adalah membuat tugas atau pekerjaan menjadi lebih kecil dan mudah diterima oleh otak. Otak cenderung menolak tugas yang sulit karena dianggap sebagai ancaman. Oleh karena itu, tugas yang sulit perlu dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola. Contohnya, daripada langsung mengerjakan skripsi, mulailah dengan menulis 10 kalimat saja atau mengetik selama 2 menit. Ini dikenal sebagai aturan 2 menit. Setelah berhasil memulai, otak akan cenderung ingin melanjutkan pekerjaan tersebut.

Solusi 2: Memprogram Otak Agar Suka Proses yang Sulit

Untuk menghilangkan kebiasaan menunda, sistem hadiah (reward) di otak perlu diubah. Penundaan seringkali menang karena memberikan hadiah instan, sementara kerja keras hadiahnya ditunda. Cara pertama adalah menerapkan biaya keterlambatan (cost of delay), yaitu memikirkan kerugian yang akan dialami jika menunda pekerjaan. Cara kedua adalah mengubah rasa sakit menjadi sinyal kemenangan. Setiap kali merasa capek atau stres saat mengerjakan tugas, anggap itu sebagai tanda bahwa diri sedang berkembang. Dengan mindset ini, otak akan memandang rasa capek sebagai hadiah dan kepuasan.

Solusi 3: Memproteksi Jam Kerja

Untuk konsisten menolak penundaan, jam kerja perlu diproteksi. Jangan mengandalkan tekad semata, tetapi buat kebiasaan buruk (menunda) menjadi sesulit mungkin untuk dilakukan. Jauhkan sumber godaan secara fisik, seperti HP, dari ruangan kerja. Jika menggunakan laptop, tutup semua tab yang tidak relevan. Protokol ini bertujuan untuk membangun gesekan (friction) terhadap kebiasaan buruk, sehingga scrolling menjadi lebih sulit daripada mengerjakan tugas.

Kesimpulan

Dengan sistem yang lengkap, kebiasaan menunda dapat dihilangkan. Masalah utama ada pada emosi, bukan pada waktu atau daftar tugas. Aturan 2 menit membantu otak untuk memulai, mengubah tugas sulit menjadi lebih menarik, dan protokol perlindungan waktu melindungi dari gangguan. Video ini mengajak penonton untuk mengambil tindakan sekarang juga dan membuktikan sendiri efektivitas cara-cara yang telah dipelajari.

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ