Eps 917 | PKI KORBAN FITNAH? MENELUSUR STRATEGI JITU PKI MENGAMBIL SUARA RAKYAT

Eps 917 | PKI KORBAN FITNAH? MENELUSUR STRATEGI JITU PKI MENGAMBIL SUARA RAKYAT

Ringkasan Singkat

Video ini membahas bagaimana PKI, yang sempat menjadi partai paling dibenci di Indonesia setelah pemberontakan tahun 1948, berhasil bangkit kembali dan menjadi salah satu partai politik yang populer pada pemilu 1955. Guru Gembul menjelaskan strategi PKI dalam memanfaatkan karakteristik masyarakat Indonesia, seperti mudah lupa, mental miskin, emosional dan mudah diadu domba, serta kecenderungan untuk mengikuti kelompok besar. Strategi ini relevan hingga kini dan dapat digunakan oleh pihak lain untuk mencapai tujuan politik atau menciptakan kerusuhan.

  • PKI memanfaatkan sifat pelupa masyarakat Indonesia dengan menampilkan diri sebagai generasi baru yang berbeda dari PKI pemberontak di masa lalu.
  • PKI mengeksploitasi mental miskin masyarakat dengan mengaku sebagai partai wong cilik dan menyalahkan pihak lain atas kemiskinan.
  • PKI memanfaatkan sifat emosional dan mudah diadu domba masyarakat dengan menciptakan polarisasi dan konflik.
  • PKI membangun kekuatan dengan membentuk organisasi massa (underbow) di berbagai bidang profesi, sehingga menarik banyak pengikut dan menciptakan dominasi.

Pendahuluan

Pada tahun 1948, Amir Syarifuddin mengundang Muso untuk memimpin pemberontakan PKI yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Soekarno-Hatta. Pemberontakan ini gagal dan menyebabkan PKI menjadi sangat dibenci oleh rakyat Indonesia. Amir Syarifuddin melakukan hal tersebut karena kecewa setelah kehilangan jabatan perdana menteri. Meskipun demikian, tujuh tahun kemudian, PKI berhasil kembali dan menjadi salah satu dari empat partai besar pemenang pemilu. Video ini akan menjelaskan strategi PKI untuk mendapatkan kembali dukungan masyarakat.

Empat Karakteristik Masyarakat Indonesia yang Dieksploitasi PKI

PKI menggunakan strategi yang didasarkan pada pembacaan mereka terhadap karakteristik orang Indonesia. Ada empat karakteristik utama yang dieksploitasi PKI untuk memenangkan pemilu:

  1. Mudah Lupa (Pikun Struktural): Masyarakat Indonesia cenderung mudah melupakan kejadian masa lalu.
  2. Mudah Curiga pada Orang Kaya dan Mengaku Miskin: Masyarakat Indonesia seringkali merasa dirinya miskin dan tidak berdaya.
  3. Emosional, Impulsif, dan Mudah Diadu Domba: Masyarakat Indonesia mudah terprovokasi dan dipecah belah.
  4. Segan pada Kelompok Besar: Masyarakat Indonesia cenderung mengikuti kelompok besar dan menghindari konflik.

Strategi 1: Memanfaatkan Sifat Pelupa Masyarakat

PKI memanfaatkan sifat pelupa masyarakat Indonesia dengan menyatakan bahwa PKI yang dulu berbeda dengan PKI yang sekarang. Mereka menampilkan tokoh-tokoh muda seperti Aidit, Nyoto, dan Lukman sebagai generasi baru yang progresif dan pro-rakyat kecil. PKI menekankan bahwa mereka tidak lagi menggunakan jalur revolusi atau internasionalisme, tetapi fokus pada jalur konstitusi. Guru Gembul mencontohkan bagaimana partai politik yang korup pun tetap memiliki banyak pemilih di Indonesia karena masyarakat mudah melupakan kesalahan masa lalu.

Strategi 2: Mengeksploitasi Perasaan Miskin

PKI mengeksploitasi perasaan miskin dan kekecewaan masyarakat Indonesia. Mereka mengaku sebagai partai "wong cilik" yang membela rakyat kecil dan kaum marginal yang tertindas. Slogan-slogan PKI dari tahun 1948 hingga 1965 selalu berhubungan dengan eksploitasi kemiskinan dan kekecewaan. PKI juga menunjuk pihak-pihak yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan, seperti neokolonialisme, neoimperialisme, birokrat, dan feodalisme. Mereka mencanangkan "tujuh setan desa" yang dianggap sebagai penyebab kehancuran ekonomi Indonesia, sehingga memudahkan mereka untuk mengambil tanah milik kiai dan tokoh agama lainnya.

Strategi 3: Mengadu Domba Masyarakat yang Impulsif

PKI menyadari bahwa masyarakat Indonesia impulsif dan mudah diadu domba. Mereka menciptakan polarisasi dan konflik, misalnya dengan mengambil tanah dari kiai dan membagikannya kepada rakyat, sehingga memicu konflik antara santri dan warga. Setelah konflik terjadi, PKI membuat framing bahwa mereka adalah pahlawan yang pro-rakyat, sehingga mendapatkan dukungan publik. Mereka juga membongkar kasus korupsi birokrat dan memprovokasi demonstrasi, lalu mengambil alih kekuasaan di tingkat kecamatan.

Strategi 4: Memanfaatkan Kecenderungan Mengikuti Kelompok Besar

PKI memanfaatkan kecenderungan masyarakat Indonesia untuk mengikuti kelompok besar dengan membentuk underbow atau organisasi massa di berbagai bidang profesi. Contohnya adalah Barisan Tani Indonesia (BTI) untuk petani, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) untuk buruh, Lekra, Pemuda Rakyat, Gerwani, dan HSI. Organisasi-organisasi ini menjadi besar dan dominan di bidangnya masing-masing, sehingga orang-orang cenderung bergabung atau setidaknya tidak berani mengkritik. PKI mengucilkan mereka yang berada di luar kelompoknya, sehingga semakin memperkuat dominasi mereka.

Kesimpulan

Strategi PKI dalam mengeksploitasi kelemahan masyarakat Indonesia masih relevan hingga kini dan dapat digunakan oleh partai politik atau pihak lain untuk mencapai tujuan mereka. Guru Gembul mengingatkan untuk berhati-hati terhadap empat karakteristik rakyat Indonesia yang mudah dieksploitasi.

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ