Ringkasan Singkat
Video ini membahas mengapa Israel merasa tidak takut terhadap negara-negara Muslim, meskipun jumlah umat Muslim jauh lebih besar. Guru Gembul menjelaskan bahwa Israel memahami dua kelemahan utama umat Muslim: kurangnya pemahaman dan persatuan. Ia mengajak umat Muslim untuk memperbaiki sistem pendidikan, mengejar ketertinggalan dalam teknologi dan ekonomi, serta bersatu dalam tujuan yang lebih besar daripada sekadar memperdebatkan masalah-masalah kecil.
- Israel menyerang beberapa negara Timur Tengah tanpa reaksi signifikan dari dunia Muslim.
- Umat Muslim terpecah belah dan sibuk dengan perdebatan internal yang tidak produktif.
- Solusinya adalah meningkatkan pendidikan, penguasaan teknologi, dan persatuan umat Muslim.
Pendahuluan
Guru Gembul membuka video dengan membahas serangan Israel terhadap beberapa negara di Timur Tengah dalam tiga bulan terakhir. Serangan ini seolah menunjukkan kekuatan dan kesiapan Israel untuk menghadapi musuh. Reaksi dunia Muslim terhadap serangan ini dinilai lemah, hanya sebatas mengutuk atau diam, bahkan beberapa negara Muslim seperti Turki, Arab Saudi, dan Azerbaijan justru menyuplai gas alam dan minyak bumi ke Israel.
Mengapa Israel Tidak Takut pada Umat Muslim
Israel merasa kuat karena memahami kelemahan umat Muslim. Pertama, umat Muslim dianggap tidak paham apa-apa. Kedua, jika ada yang paham, mereka akan berpecah belah dan berperang satu sama lain. Contohnya, Iran dicegat Yordania saat ingin menyerang Israel, dan Arab Saudi menjadi tameng bagi Israel dari serangan Yaman. Israel, dengan populasi yang jauh lebih kecil, mampu mendominasi karena kelemahan internal umat Muslim.
Solusi: Jihad Ilmu Pengetahuan dan Perbaikan Pendidikan
Guru Gembul menekankan bahwa untuk mengalahkan Israel, umat Muslim harus mengejar ketertinggalan dalam teknologi, ekonomi, diplomasi, dan media. Hal ini dapat dimulai dengan memperbaiki sistem pendidikan di seluruh dunia Muslim. Pendidikan harus fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, matematika, sains, ilmu sosial, psikologi, dan humaniora. Namun, upaya ini seringkali dianggap sebagai pro-Israel karena adanya infiltrasi antek-antek Zionis yang merusak pola pikir masyarakat Muslim.
Infiltrasi Zionis dan Perusakan Pola Pikir Umat Muslim
Antek-antek Zionis menyusup ke lembaga-lembaga Islam, termasuk pesantren, dan menyamar sebagai ustaz atau kiai. Mereka mengajarkan bahwa ilmu duniawi seperti matematika dan sains tidak penting karena tidak akan dibawa ke akhirat. Mereka mempropagandakan sekularisme, yaitu pemisahan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Akibatnya, ketika ada yang mengajak untuk belajar sains, mereka justru dianggap sebagai pro-Zionis. Kementerian Agama pun dianggap tidak menjalankan fungsi agamanya karena dipenuhi dengan praktik intimidasi, persekusi, suap, dan korupsi.
Larangan Berpikir Kritis dan Fokus pada Masa Lalu
Para ustaz dan kiai yang terpengaruh Zionis melarang santri untuk berpikir kritis dan berbeda pendapat. Santri yang jenius dan pintar justru disuruh menyembah guru dan tidak boleh membantah. Akibatnya, umat Muslim sibuk menghafal cerita-cerita masa lalu yang belum tentu benar, sementara orang-orang Israel sibuk menata masa depan. Guru Gembul mengajak untuk berjihad dalam pengetahuan, sains, dan pemikiran, tetapi ajakan ini justru dianggap sebagai kesesatan.
Perpecahan dan Perdebatan Remeh-temeh
Israel memahami bahwa jika umat Muslim paham, mereka akan bersengketa dan berpecah belah. Umat Muslim lebih fokus pada perdebatan remeh-temeh seperti masalah kuburan, anime, gitar, aurat wanita, dan apakah Allah punya tangan dan kaki. Perdebatan ini sengaja diciptakan untuk memecah belah umat Muslim. Contohnya, perpecahan antara NU dan Wahabi karena perbedaan pendapat tentang apakah Tuhan punya wajah atau tidak. Terhadap kemaksiatan seperti korupsi dan aborsi, mereka bungkam, tetapi terhadap orang yang berbeda pemikiran, mereka langsung menyerang.
Kurangnya Reaksi terhadap Kemaksiatan dan Fokus pada Perbedaan
Guru Gembul mencontohkan bagaimana ulama dan tokoh agama bungkam terhadap korupsi, penambangan liar, dan suap dalam penerimaan polisi dan tentara. Namun, mereka sangat reaktif terhadap perbedaan pendapat dalam hal sejarah. Perpecahan seringkali terjadi karena masalah-masalah kecil dan perbedaan pemikiran. Permusuhan antara sesama Muslim bahkan lebih besar daripada permusuhan terhadap kejahatan.
Kesimpulan dan Ajakan untuk Bersatu
Guru Gembul mengajak umat Muslim untuk berjihad dalam pemahaman dan persatuan, bukan dalam hal-hal yang tidak jelas. Ia mengajak untuk memperbaiki diri dan mengikrarkan dalam hati bahwa belajar sains, ekonomi, kimia, dan matematika adalah jihad ilmu pengetahuan. Justru dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Muslim bisa maju dan memberikan manfaat kepada orang lain. Israel bisa maju karena hal itu, bukan dengan memperdebatkan hal-hal yang receh.