Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang evolusi pemikiran dalam Islam, dimulai dari Hasan Basri yang mengkritik ulama yang hanya fokus pada ilmu duniawi, hingga Rabiah al-Adawiyah yang menekankan cinta kasih Tuhan. Kemudian, munculnya tarekat sebagai jalan tengah yang sayangnya malah terjebak pada ritualisme dan persaingan antar kelompok, sehingga meruntuhkan peradaban Islam.
- Hasan Basri menekankan pentingnya akhlak dan cinta kasih dalam berislam, bukan hanya ilmu tata bahasa Arab.
- Rabiah al-Adawiyah mengajarkan bahwa inti berislam adalah mengabdi dan mencintai Tuhan tanpa rasa takut.
- Kemunculan tarekat sebagai solusi malah menimbulkan masalah baru berupa ritualisme dan persaingan yang menjauhkan dari esensi spiritualitas.
Pendahuluan: Hasan Basri dan Kritik terhadap Ulama
Video dimulai dengan menceritakan tentang Hasan, seorang anak cerdas yang dibesarkan di Madinah dan menjadi murid sahabat Nabi. Setelah pindah ke Basrah dan berganti nama menjadi Hasan Basri, ia menemukan fenomena unik di mana ajaran Islam dianut secara formalitas, tetapi tidak tercermin dalam perilaku masyarakat dan pejabatnya. Korupsi merajalela, penguasa sewenang-wenang, dan pedagang curang. Hasan Basri mengkritik ulama yang sibuk mengumpulkan pengikut dan saling menuding sesat, padahal mereka hanya menguasai ilmu duniawi seperti tata bahasa Arab dan fikih, bukan esensi ajaran Islam itu sendiri.
Esensi Ajaran Islam Menurut Hasan Basri
Hasan Basri berpendapat bahwa ajaran Islam yang sebenarnya adalah tentang memelihara akhlak yang baik, memperlakukan orang dengan baik, memaafkan musuh, menghindari permusuhan, berbuat baik kepada makhluk hidup, mencintai lingkungan, dan berbelas kasih. Semua itu dirangkum dalam pelajaran tentang ikhlas, sabar, pasrah, dan memotivasi diri untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Menurutnya, ulama sejati adalah orang yang sudah menjalankan perintah Quran dan sunah, bukan hanya yang pandai menafsirkan Al-Qur'an dengan ilmu tata bahasa Arab.
Takwa dan Keikhlasan Menurut Hasan Basri
Hasan Basri menekankan bahwa berislam harus dimulai dengan keikhlasan dan ketulusan, yaitu dengan tidak lagi memiliki ikatan terhadap dunia. Takwa menurutnya adalah kesadaran diri tentang Tuhan karena rasa takut kepada amarah-Nya. Ia mempertanyakan orang-orang yang mengaku mengerti agama tetapi tetap korupsi atau meremehkan orang lain. Menurutnya, itu bukanlah ajaran agama Islam, melainkan ilmu duniawi. Pernyataan Hasan Basri ini diterima oleh banyak orang yang merasa bahwa Islam yang mereka jalani selama ini tidak membawa kesejahteraan dan kedamaian.
Rabiah al-Adawiyah dan Cinta Kasih Tuhan
Salah satu pengikut Hasan Basri yang terkenal adalah Rabiah al-Adawiyah. Rabiah meningkatkan level pemahaman berislam menjadi sangat sederhana, yaitu sebagai hamba Tuhan yang berkewajiban mengabdi dan membuat senang tuannya. Ia pasrah dan ikhlas terhadap apapun yang dilakukan Tuhan kepadanya. Baginya, semua yang dilakukan, diucapkan, dan dihasilkan harus bermotif Tuhan. Dengan begitu, seseorang akan merasakan cinta kasih Tuhan yang besar dan tidak lagi memiliki kebencian. Cinta kasih Tuhan yang luas akan meluber ke mana-mana, sehingga mendorong seseorang untuk berbuat baik dan menyebarkan cinta kasih kepada orang lain.
Abu Yazid Albustomi, Alhalaj, dan Kontroversi Cinta yang Tak Terkendali
Ajaran cinta kasih ini berlanjut hingga Abu Yazid Albustomi dan Alhalaj, yang sudah tidak lagi bisa mengendalikan diri karena cinta kasihnya sudah memenuhi seluruh jiwa dan raganya. Alhalaj bahkan meninggal dengan cara dimutilasi, tetapi tetap tenang dan mencintai orang-orang yang menyakitinya. Pada titik ini, muncul kontroversi. Sebagian masyarakat muslim menganggap ajaran ini sebagai ajaran Islam yang asli, sementara sebagian lainnya menganggapnya di luar fitrah dan bisa membuat orang menjadi gila.
Kemunculan Tarekat dan Keruntuhan Peradaban Islam
Untuk mengatasi kontroversi ini, muncul kompromi berupa tarekat, yaitu jalan mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan guru. Namun, hal ini justru menjadi kesalahan fatal karena spiritualitas yang seharusnya bersifat personal dan beragam, malah distandarisasi dengan ritual-ritual tertentu. Tarekat-tarekat saling bersaing untuk menunjukkan cara mereka yang paling benar, dengan menceritakan karamah-karamah leluhur mereka. Hal ini memicu munculnya hal-hal yang menyimpang, seperti anti kritik dan kesombongan. Tasawuf yang awalnya spiritual berubah menjadi material, dan peradaban Islam runtuh karena logika tidak jalan dan hal-hal jahat disakralkan.
Pemutarbalikan Ajaran Tasawuf
Orang-orang tasawuf modern memutarbalikkan ajaran tasawuf yang asli. Jika dulu siapapun bisa bertemu dengan Tuhan asal hatinya bersih, sekarang mereka mengajarkan bahwa seseorang tidak bisa mendekatkan diri pada Tuhan tanpa bantuan guru. Guru harus disembah dan dicium kakinya. Tepat di situlah peradaban Islam runtuh. Otak dimatikan, kreativitas dimatikan, dan logika tidak jalan. Mereka menganggap diri mereka benar dan yang lain salah.

