Ringkasan Singkat
Video ini membahas keberhasilan Tiongkok dalam membudidayakan padi di padang pasir Dubai, sebuah pencapaian yang dipuji PBB sebagai "keajaiban global". Inovasi ini menggunakan varietas padi toleran garam yang disebut "beras air laut" dan teknik pertanian khusus untuk mengubah lahan tandus menjadi ladang produktif. Keberhasilan ini menawarkan harapan baru untuk ketahanan pangan global, terutama di daerah dengan iklim kering dan lahan salin.
- Padi air laut adalah varietas padi yang dapat tumbuh di tanah salin atau alkali.
- Keberhasilan di Dubai menunjukkan potensi inovasi pertanian untuk mengatasi tantangan lingkungan ekstrem.
- Penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen dan keberlanjutan padi air laut.
Pendahuluan
Keberhasilan Tiongkok membudidayakan padi di padang pasir Timur Tengah adalah inovasi pertanian yang mengubah cara pengelolaan produksi pangan di lingkungan ekstrem. PBB memuji pencapaian ini sebagai "keajaiban global," yang menunjukkan bagaimana teknologi dapat mengatasi tantangan yang tampaknya mustahil. Kisah ini mengungkap kombinasi kecerdikan ilmiah, ketekunan, dan visi strategis yang mengubah lahan tandus menjadi ladang produktif, berpotensi mengubah masa depan ketahanan pangan global.
Latar Belakang dan Pencapaian di Dubai
Di Dubai, para ahli pertanian Tiongkok dari Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian Tiongkok (CAAS) mencapai hasil panen rata-rata 629 kilogram per mu (9.435 kilogram per hektar) padi toleran garam, yang dikenal sebagai "beras air laut". Ini adalah terobosan besar dalam pertanian gurun, melampaui rekor sebelumnya dan menyiapkan panggung untuk inovasi masa depan dalam keberlanjutan pertanian. Berita ini menyebar dengan cepat, menjanjikan solusi untuk memberi makan populasi yang terus bertambah di lingkungan yang menantang.
Apa Itu Beras Air Laut?
Padi air laut adalah varietas padi yang mampu tumbuh subur di tanah salin atau alkali, juga dikenal sebagai padi toleran garam. Varietas ini secara genetik telah beradaptasi untuk bertahan hidup di tanah yang tidak cocok untuk tanaman padi tradisional, menawarkan solusi untuk mengatasi krisis ketahanan pangan global. Padi memerlukan kondisi spesifik seperti tanah datar dan subur dengan pH netral, retensi air yang baik, dan drainase yang baik, yang tidak ditemukan di tanah salin dan alkali dengan pH di atas 7.
Sejarah Penelitian Padi Toleran Garam
Konsep budidaya tanaman di tanah salin dan alkali telah menjadi subjek penelitian ilmiah selama berabad-abad. Penelitian pertama tercatat dimulai di Sri Lanka pada tahun 1939. Negara-negara seperti India, Brasil, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia juga memulai proyek penelitian mereka sendiri. Di Tiongkok, penelitian dimulai pada tahun 1950-an, tetapi baru pada tahun 2012, di bawah bimbingan Yuan Longping, terobosan signifikan berhasil dilakukan. Tim Yuan berfokus pada pengembangan varietas padi yang dapat bertahan terhadap kondisi salin dan basa di lahan salin Tiongkok yang luas.
Potensi dan Tantangan di Tiongkok dan Dubai
Tiongkok memiliki lebih dari 500 juta mu (33 juta hektar) tanah salin dan alkali, yang berpotensi menghasilkan sekitar 30 miliar kilogram beras setiap tahunnya, cukup untuk memberi makan sekitar 80 juta orang. Namun, beras toleran garam tidak diadopsi secara luas di Tiongkok karena kualitas rasanya yang lebih rendah dan pasokan pangan negara yang relatif aman. Di Dubai, yang menghadapi tantangan dalam mengamankan air dan lahan subur, pemerintah mengundang ahli pertanian Tiongkok untuk menanam padi air laut di lingkungan yang keras.
Tantangan dan Solusi di Dubai
Pada tahun 2017, tim ahli pertanian Tiongkok tiba di Dubai untuk menghadapi tantangan menanam padi air laut. Suhu tinggi, sinar matahari yang terik, dan kelangkaan air tawar menjadi kendala signifikan. Kelompok benih padi pertama gagal berkecambah karena jaring peneduh menghalangi terlalu banyak sinar matahari. Dengan beralih ke film plastik yang lebih mudah bernapas, tim mengatasi kendala ini dan berhasil menanam tanaman padi pertama di gurun Dubai.
Keberhasilan dan Potensi Masa Depan
Metode yang dikembangkan oleh Yuan Longping dan rekan-rekannya, termasuk teknik perbaikan empat dimensi, memungkinkan tim untuk menyempurnakan praktik budidaya dengan iklim spesifik Dubai. Hasil panen mencapai 600 kilogram per mu, yang digambarkan oleh para ahli PBB sebagai "luar biasa". Keberhasilan proyek di Dubai memiliki potensi untuk mengubah lanskap pertanian, tidak hanya untuk UEA tetapi juga untuk negara-negara lain dengan iklim kering. Di Tiongkok, hasil panen kini mendekati 1.000 kilogram per mu, dan jika target ini tercapai dalam skala yang lebih besar, gagasan memberi makan jutaan orang dengan beras tahan garam akan menjadi kenyataan.
Kesimpulan
Pencapaian di Dubai mencerminkan kecerdikan ilmuwan pertanian Tiongkok seperti Yuan Longping dan Chen Risheng. Budidaya padi air laut adalah contoh kuat tentang bagaimana inovasi dapat memberikan solusi praktis untuk masalah paling mendesak di dunia. Ini menunjukkan bagaimana penelitian strategis, kolaborasi internasional, dan penerapan pengetahuan tradisional dapat membuka jalan bagi praktik pertanian berkelanjutan yang akan penting dalam menghadapi perubahan iklim dan pertumbuhan populasi global. Keberhasilan padi air laut menawarkan secercah harapan dalam menghadapi sumber daya yang terbatas.