industri produk digital udah rusak... jadi gue bocorin course 27,5 juta gue

industri produk digital udah rusak... jadi gue bocorin course 27,5 juta gue

Ringkasan Singkat

Video ini membahas tentang perubahan tren dalam penjualan produk digital, khususnya low-ticket product, dan memberikan solusi untuk tetap relevan dan menghasilkan keuntungan di era digital saat ini. Beberapa poin utama yang dibahas meliputi:

  • Pergeseran strategi dari penjualan produk digital low-ticket tunggal ke high-ticket product dengan sentuhan personalisasi.
  • Pentingnya memahami metrik dan data dalam penjualan, termasuk customer acquisition cost (CAC) dan lifetime value (LTV).
  • Strategi untuk membangun personal branding yang kuat dan memposisikan diri sebagai ahli di bidangnya.
  • Pentingnya fokus pada value daripada hanya mengejar keuntungan semata.
  • Penerapan strategi TOFU, MOFU, dan BOFU dalam pembuatan konten untuk menarik audiens yang tepat.

Pendahuluan: Produk Digital Mati?

Video ini membahas tentang anggapan bahwa produk digital sudah tidak lagi relevan. Pembicara menjelaskan bahwa banyak orang bertanya tentang kebenaran pernyataan ini dan apa langkah selanjutnya jika hal ini benar. Pembicara menekankan pentingnya memberikan solusi dan langkah konkret, bukan hanya pernyataan bahwa produk digital sudah mati. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa dengan strategi yang tepat, seseorang dapat menghasilkan jutaan rupiah dari komunitasnya sendiri, bahkan lebih dari mereka yang menjual ribuan produk digital.

Kondisi Produk Digital Saat Ini

Pembicara membahas kondisi penjualan produk digital saat ini, yang mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ini adalah strategi yang tidak lagi relevan, algoritma yang berubah, pasar yang semakin pintar, dan kepercayaan yang menurun. Selain itu, pembicara juga menyinggung tentang munculnya brand tanpa wajah (faceless brands) yang dapat merusak kredibilitas industri produk digital.

Analisis Data dan Metrik Penjualan

Pembicara menjelaskan pentingnya memahami data dan metrik dalam penjualan produk digital. Untuk mencapai 1000 penjualan, dibutuhkan sekitar 5 juta views yang berkualitas. Pembicara menekankan pentingnya fokus pada middle dan bottom funnel, serta memahami customer acquisition cost (CAC) dan lifetime value (LTV). Pembicara juga menyoroti masalah saturasi pasar karena orang tidak akan membeli produk yang sama berulang kali.

Produk Digital Mati? Ada Tapinya

Pembicara mengklarifikasi bahwa yang "mati" bukanlah industri produk digital secara keseluruhan, melainkan strategi penjualan satu produk low-ticket saja. Pembicara menekankan pentingnya memahami value ladder, continuity offer, customer acquisition cost, dan lifetime value. Solusinya adalah dengan beralih ke high-ticket product atau menawarkan bundling produk low-ticket.

Value Ladder dan Cara Membuat High-Ticket Product

Pembicara menjelaskan konsep value ladder, yang terdiri dari lead magnet (gratis), trip wire (berbayar murah), core offer (produk utama), dan profit maximizer (produk dengan nilai lebih tinggi). Pembicara menekankan bahwa kunci untuk membuat high-ticket product adalah dengan menambahkan sentuhan personalisasi dan pendampingan pada produk yang sudah ada.

Strategi Penjualan: Horizontal vs Vertikal

Pembicara membandingkan dua strategi penjualan: horizontal (menawarkan banyak produk low-ticket) dan vertikal (fokus pada high-ticket product). Pembicara berpendapat bahwa strategi vertikal lebih efektif karena dapat menjangkau orang-orang dengan daya beli yang lebih tinggi. Pembicara juga menyinggung tentang limiting belief yang seringkali menghalangi orang untuk menjual produk dengan harga tinggi.

Funnel Penjualan High-Ticket Product

Pembicara menjelaskan funnel penjualan untuk high-ticket product, yang meliputi lead generation, nurturing, appointment setting, sales call, closing, fulfillment, dan continuity offer. Pembicara menekankan bahwa trust sangat penting dalam penjualan high-ticket product.

Faceless Brands: Bullshit Terbesar?

Pembicara mengkritik tren faceless brands, yang menurutnya tidak sustainable karena kurangnya kredibilitas. Pembicara berpendapat bahwa orang-orang yang membuat konten tanpa wajah cenderung lebih fokus pada uang daripada value. Pembicara menekankan pentingnya memprioritaskan value daripada hanya mengejar keuntungan semata.

Strategi Bisnis: Big Money vs Small Money

Pembicara menjelaskan dua strategi bisnis: mendapatkan uang besar dengan cepat lalu selesai, atau mendapatkan uang kecil secara berkelanjutan. Pembicara menawarkan solusi untuk mendapatkan keduanya: big money yang scalable. Caranya adalah dengan menjual high-ticket product.

High-Ticket Product: Kunci Sukses di Era Digital

Pembicara menjelaskan definisi high-ticket product (berkisar antara 3000 hingga 10.000 USD) dan memberikan tips tentang cara membuatnya. Pembicara menekankan bahwa Anda sudah memiliki produknya, hanya perlu menambahkan sentuhan personalisasi dan pendampingan. Pembicara juga menjelaskan perbedaan antara do it yourself, done with you, dan done for you dalam model pengiriman produk.

Game Perception: Bukan Volume

Pembicara menjelaskan bahwa dalam penjualan high-ticket product, yang terpenting adalah persepsi, bukan volume. Satu penjualan high-ticket product setara dengan 100 penjualan low-ticket product. Pembicara juga menjelaskan pentingnya menyelaraskan branding dengan target market.

TOFU, MOFU, BOFU: Strategi Konten yang Efektif

Pembicara menjelaskan strategi TOFU (Top of Funnel), MOFU (Middle of Funnel), dan BOFU (Bottom of Funnel) dalam pembuatan konten. Konten TOFU bertujuan untuk meningkatkan awareness, konten MOFU bertujuan untuk menarik minat dan keinginan, dan konten BOFU bertujuan untuk mendorong pembelian. Pembicara menekankan pentingnya membuat konten yang spesifik dan relevan dengan target market.

Priming Akun: Visual dan Audio

Pembicara menjelaskan pentingnya mem-priming akun media sosial dengan memperhatikan visual dan audio. Visual meliputi pilihan kata, pakaian, warna, font, dan lingkungan. Audio meliputi intonasi, keyakinan, dan branding. Pembicara menekankan pentingnya memiliki personal branding yang kuat dan konsisten.

Low Ticket Funnel vs High Ticket Funnel

Pembicara membandingkan funnel penjualan low-ticket product dengan high-ticket product. Funnel low-ticket product biasanya hanya terdiri dari awareness dan call to action, sedangkan funnel high-ticket product lebih kompleks dan melibatkan lead generation, nurturing, appointment setting, sales call, dan fulfillment.

Membangun dan Menjual High-Ticket Offer

Pembicara memberikan framework untuk membangun high-ticket offer, yang meliputi dream outcome, time frame, new path, dan cause of inaction. Pembicara menekankan pentingnya memahami apa yang ingin dicapai oleh target market, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya, apa metode atau framework yang digunakan, dan apa yang akan terjadi jika mereka tidak mengambil tindakan sekarang.

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ