MEMAHAMI FILSAFAT STOIKISME.

MEMAHAMI FILSAFAT STOIKISME.

Ringkasan Singkat

Video ini membahas tentang stoicisme, sebuah aliran filsafat yang membantu mengendalikan emosi negatif dan meningkatkan kebahagiaan. Ferry Irwandi menjelaskan bagaimana stoicisme telah mengubah hidupnya dan membantunya menghadapi masalah. Beberapa poin utama yang dibahas meliputi:

  • Stoicisme bukan agama, melainkan aliran filsafat yang berasal dari Yunani kuno.
  • Stoicisme membagi hidup menjadi dimensi internal (yang bisa dikendalikan) dan eksternal (di luar kendali).
  • Stoicisme mengajarkan untuk bersikap rasional dan menerima kemungkinan terburuk.
  • Stoicisme membantu menghadapi tekanan informasi dan perbandingan sosial di era modern.
  • Stoicisme bukan tentang membunuh ambisi, tetapi mendefinisikan tujuan yang sebenarnya.

Pendahuluan

Ferry Irwandi memperkenalkan dirinya sebagai seorang stoic dan menjelaskan bahwa ia telah menjalani aliran filsafat ini selama lima tahun. Ia memutuskan untuk membahas stoicisme karena manfaatnya yang besar dalam hidupnya, yang membantunya menghadapi masalah dan mengubah hidupnya secara utuh. Ia berharap manfaat ini juga bisa dirasakan oleh orang lain.

Apa Itu Stoicisme?

Stoicisme adalah aliran filsafat, bukan agama, yang membantu mengontrol emosi negatif dan meningkatkan kebahagiaan serta rasa syukur. Stoicisme berasal dari Yunani kuno dan dibawa oleh Zeno dari Citium, kemudian dikembangkan oleh tokoh seperti Marcus Aurelius dan Epictetus. Aliran ini inklusif dan bisa diterapkan oleh siapa saja, tanpa memandang status sosial. Stoicisme tidak bertentangan dengan agama, bahkan memiliki kesamaan dengan konsep tawakal, mualaf, dan mubram dalam Islam.

Dikotomi Kendali: Dimensi Internal dan Eksternal

Stoicisme membagi hidup menjadi dua dimensi: internal dan eksternal. Dimensi internal adalah segala sesuatu yang berada dalam kendali penuh, seperti kehendak, etos kerja, komitmen, dan aksi. Dimensi eksternal adalah hal-hal di luar kendali, seperti pendapat orang lain dan respon terhadap tindakan kita. Masalahnya, manusia sering menaruh kebahagiaan pada faktor eksternal yang tidak bisa dikontrol. Stoicisme mengajarkan untuk memindahkan faktor kebahagiaan dari dimensi eksternal ke dimensi internal. Contohnya, seorang pembuat film harus fokus pada kualitas film yang dibuat (internal) daripada pujian atau cacian orang (eksternal).

Rasionalitas dan Menerima Kemungkinan Terburuk

Stoicisme mengajarkan untuk bersikap rasional dan merespon semua hal dengan rasionalitas. Sebelum melakukan sesuatu, kita harus memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Dengan membayangkan skenario terburuk, kita akan lebih siap dan bisa menerima hasilnya. Contohnya, saat ingin menyatakan cinta, kita harus mengkalkulasi kemungkinan ditolak dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Jika ditolak, kita tidak akan terlalu terpukul karena sudah mengantisipasinya.

Stoicisme di Era Informasi

Di era informasi yang serba cepat, kita sering terpapar dengan pencapaian orang lain dan merasa tertinggal. Hal ini bisa memicu iri hati dan keinginan untuk membuktikan diri, yang berujung pada tindakan impulsif seperti membeli barang yang tidak dibutuhkan atau mengikuti investasi bodong. Stoicisme adalah obat untuk menghadapi kegilaan era ini. Dengan stoicisme, kita tidak perlu terganggu dengan pencapaian orang lain atau merasa perlu membuktikan apapun. Kebahagiaan terletak pada seberapa rasional harapan kita, bukan seberapa tinggi pencapaian kita.

Pengalaman Pribadi Ferry Irwandi

Ferry Irwandi menceritakan pengalamannya sebelum dan sesudah menerapkan stoicisme. Dulu, ia adalah orang yang ambisius dan haus pengakuan, selalu menjadikan orang lain sebagai acuan dan merasa tidak bahagia. Pada tahun 2015, ia mulai menyadari bahwa masalahnya ada pada dirinya sendiri. Ia mulai fokus pada hal-hal kecil dan pencapaian-pencapaian kecil yang bisa mendatangkan kebahagiaan. Ia juga tidak lagi mempedulikan omongan orang lain. Tanpa disadari, ia mencapai hal-hal yang dulu tidak berani ia impikan.

Kesimpulan

Stoicisme bukan membunuh cita-cita atau ambisi, tetapi membantu mendefinisikan tujuan yang sebenarnya dan membuang distraksi yang tidak penting. Stoicisme membantu kita untuk lebih netral dan rasional, serta fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Dengan stoicisme, kita bisa menciptakan kebahagiaan dan ketenangan sendiri.

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ