Ringkasan Singkat
Video ini membahas sejarah panjang layanan pos di Indonesia, dimulai dari era VOC hingga menjadi bagian penting dari infrastruktur dan budaya Indonesia modern. Beberapa poin penting yang dibahas meliputi:
- Pendirian kantor pos pertama oleh VOC pada tahun 1746, yang menjadi cikal bakal Pos Indonesia.
- Pembangunan Jalan Raya Pos oleh Daendels pada awal abad ke-19, yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan dan mengubah tata kota tradisional Jawa.
- Kisah tragis pembangunan Cadas Pangeran, yang menelan banyak korban jiwa akibat kerja paksa dan kondisi kerja yang berat.
- Akulturasi budaya yang terjadi di sepanjang Jalan Raya Pos, seperti munculnya makanan mochi dan cakwe yang dibawa oleh imigran Tiongkok.
Sejarah Awal Layanan Pos di Indonesia
Di era modern, jasa ekspedisi dan kurir sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, jauh sebelum itu, layanan pos modern di Indonesia dimulai oleh VOC pada abad ke-16. Untuk mendukung integrasi, Belanda membangun mega proyek Jalan Raya Pos yang menjadi jalur pemersatu Pulau Jawa. Sistem pengiriman pesan di Indonesia dimulai pada tahun 1602, tetapi terbatas untuk pejabat resmi VOC. Kantor pos pertama didirikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Gustav Willem Van Inhoff, pada 27 Agustus 1746, yang kemudian menjadi cikal bakal Pos Indonesia.
Pembangunan Jalan Raya Pos oleh Daendels
Pada tahun 1807, Herman William Daendels diangkat menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda. Ia memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan Jawa dan membenahi administrasi pemerintahan. Dari sinilah muncul ide Jalan Raya Pos, yang bertujuan menghubungkan Batavia dengan daerah lain di Jawa. Pembangunan dimulai pada 5 Mei 1808, menghubungkan Buitenzorg (Bogor) dengan Tomo di Sumedang. Jalur sepanjang 1000 km dari Anyer hingga Panarukan tersambung dalam waktu tiga tahun. Meskipun diklaim sebagai jalan raya, pembangunan jalan ini melibatkan kerja paksa dan penyerahan pembangunan kepada bupati setempat.
Dampak dan Pengaruh Jalan Raya Pos
Peran Daendels dalam mega proyek ini sangat signifikan. Jalan Raya Pos tidak hanya menjadi jalur utama Pulau Jawa selama beratus-ratus tahun, tetapi juga mengubah konsep kosmologis dan tata kota tradisional Jawa. Sebanyak 50 pos yang awalnya hanya boleh dilewati oleh militer VOC akhirnya dibuka untuk umum pada tahun 1857. Jalan ini juga menjadi saksi percampuran budaya, seperti kisah imigran Tiongkok yang menjadi pekerja dan menciptakan makanan seperti mochi dan cakwe.
Tragedi Cadas Pangeran
Pembangunan Jalan Raya Pos juga diwarnai kisah heroik dan horor, terutama di Cadas Pangeran. Jalur ini sangat sulit karena terhalang batu cadas yang keras. Medan yang berat dan peralatan terbatas membuat proyek ini sangat sulit. Daendels tetap bersikeras, tidak peduli dengan kondisi pekerja yang kelelahan dan kurang makan. Akibatnya, sekitar 5000 pekerja pribumi kehilangan nyawa. Sistem kerja paksa ini memancing kemarahan Pangeran Kusumadinata IX (Pangeran Kornel), yang berani menghadapi Daendels untuk membela rakyat.
Perkembangan Layanan Pos Setelah Kemerdekaan
Pada perkembangannya, layanan kantor pos Hindia Belanda digabung dalam lembaga bernama Pos and Telegraf Dience pada tahun 1875. Tahun 1906, namanya diubah menjadi Post Telegraf and Telefon Dience (PTT). Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 27 September, angkatan muda PTT mengambil alih PTT dan mengubahnya menjadi Jawatan Pos Telegraf dan Telepon. Tanggal 27 September kini diperingati sebagai Hari Bakti Postel.