Ringkasan Singkat
Video ini membahas konsep mukasyafah dalam tasawuf, yaitu tersingkapnya hijab antara hamba dan hakikat melalui penyucian hati dan kedekatan kepada Allah. Video ini menjelaskan perbedaan antara mukasyafah ketuhanan dan kegaiban, pentingnya menyembunyikan penemuan dalam mukasyafah, dan syarat-syarat untuk mencapai ilmu batin. Selain itu, video ini juga membahas tentang melihat Tuhan menurut pandangan Islam.
- Mukasyafah adalah terbukanya hijab antara hamba dan hakikat.
- Terdapat perbedaan antara mukasyafah ketuhanan dan kegaiban.
- Ilmu mukasyafah adalah ilmu tertinggi dan tujuan akhir orang arif.
- Menyembunyikan penemuan dalam mukasyafah penting untuk menghindari fitnah dan ujub.
- Melihat Tuhan dapat terjadi di akhirat, dengan mata hati di dunia, atau tidak sama sekali.
Pengertian Mukasyafah
Mukasyafah adalah proses tersingkapnya hijab antara hamba dan hakikat yang hanya bisa dicapai melalui penyucian hati dan kedekatan yang mendalam kepada Allah. Terdapat dua jenis mukasyafah, yaitu mukasyafah rububiyah (ketuhanan) dan mukasyafah gaibiah (kegaiban). Mukasyafah ketuhanan adalah terbukanya tirai ketuhanan, sedangkan mukasyafah gaibiah adalah terbukanya tirai kegaiban. Mukasyafah kegaiban seringkali berhubungan dengan bakat atau latihan tertentu sehingga seseorang mampu melihat hal-hal gaib, namun hal ini tidak selalu berkaitan dengan keimanan. Mukasyafah ketuhanan adalah karunia dan rahmat dari Allah, berbeda dengan mukasyafah kegaiban yang bisa jadi cobaan atau kemurkaan.
Janji Allah dan Ilmu Mukasyafah
Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal saleh untuk mengangkat derajat mereka dan menggantikan rasa takut dengan rasa aman. Ilmu mukasyafah adalah nur yang menyala di dalam hati ketika dibersihkan, sehingga tampaklah pengertian-pengertian yang menyeluruh tentang makrifatullah, asma, sifat, kitab-kitab, dan rasul-rasul-Nya. Ilmu mukasyafah adalah ilmu kepada Allah yang menunjukkan pemberian terhadap orang yang musyahadah dengan ketauhidan yang dimilikinya berdasarkan ilmu yakin, iman, dan ilmu makrifat. Ilmu ini adalah puncak segala ilmu dan tujuan akhir orang yang arif.
Memahami Ilmu Mukasyafah
Secara bahasa, mukasyafah berarti terbuka tirai, yaitu terbukanya segala rahasia alam yang tersembunyi atau hal-hal gaib. Ilmu mukasyafah tidak bisa disamakan dengan ilmu eksakta karena tidak memiliki metode dan sistematika tertentu. Imam Ghazali menyebutnya sebagai "fauqatul aql" (di atas puncak akal) karena berada di orbit yang tidak dapat dicapai oleh akal. Ilmu ini hanya bisa didapatkan dengan nur dari Allah. Ilmu mukasyafah adalah ilmu yang amat halus dan tersembunyi, yang hanya dapat dipahami oleh golongan arif billah.
Pentingnya Kebenaran dalam Hidup
Setiap ilmu yang termasuk dalam ruang lingkup keimanan dan tauhid tidak semuanya bisa dijangkau oleh akal manusia, namun tetap merupakan ilmu. Ungkapan dan uraian tentang ilmu mukasyafah memacu umat dengan teori-teori kebenaran hidup. Meskipun tidak semua orang bisa mencapai mukasyafah, upaya untuk mewarnai sikap hidup dengan kebenaran tetap merupakan keberuntungan tertinggi. Kebenaran dan Allah adalah tujuan, sehingga dengan sikap hidup demikian, ganjaran akan diterima pada saat akhir hayat, alam kubur, dan hari akhirat.
Menyembunyikan Penemuan dalam Mukasyafah
Imam Ghazali menekankan pentingnya menyembunyikan apa yang didapat saat terbuka tirai mukasyafah, baik berupa pengertian-pengertian atau hal-hal gaib lainnya. Peristiwa yang dialami bersifat individual dan berfungsi sebagai rahasia tersembunyi antara si penemu dengan Allah. Penyebaran berita atas penemuan itu secara luas dapat mendatangkan fitnah, tuduhan negatif, atau perasaan ujub yang dapat menghancurkan nilai-nilai penemuan. Imam Atturtusi membagi ilmu menjadi tiga macam: ilmu zahir (disampaikan kepada umum), ilmu batin (disampaikan kepada ahlinya), dan ilmu antara si penemu dan Allah (tidak disampaikan kepada siapapun).
Syarat Penyampaian Ilmu Batin
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang penyampaian ilmu batin. Sebagian berpendapat bahwa ilmu batin disampaikan kepada orang yang sudah mapan syariat dan tarekatnya, serta berusia di atas 40 tahun. Pendapat lain mengatakan bahwa syaratnya adalah memiliki minat yang kuat, memahami pokok-pokok ajaran Islam, dewasa, dan memiliki kecerdasan yang memadai. Penyampaian ilmu ini tidak ditujukan kepada anak-anak di bawah umur atau orang yang memiliki ciri-ciri kebebalan.
Ilmu Laduni dan Pandangan Einstein
Ilmu antara dia dengan Allah (ulumun zaqiyatun kasfiah) tetap tersembunyi. Ilmu ini, yang disebut ilmu laduni dalam Al-Qur'an, adalah ilmu yang tidak melalui jalur upaya pendidikan ilmu iktisabi. Profesor Einstein menyatakan bahwa di balik fenomena fisika alam semesta terdapat kekuatan gaib, indah, dan maha dahsyat. Ilmu fisika yang berada pada puncaknya akan sampai kepada hal-hal yang abstrak dan gaib.
Mukasyafah dan Melihat Tuhan
Mukasyafah adalah hadirnya sesuatu dengan sifat yang jelas tanpa memerlukan pemikiran dengan dalil. Imam Junaid berkata bahwa pandangan lahir tidak mungkin dapat melihat Tuhan di dunia ini dengan penyaksian mata, tetapi hati dapat mengenal-Nya dengan kemantapan iman dan makrifat. Rasulullah menegaskan bahwa seseorang yang beribadah seharusnya dapat merasakan seakan-akan melihat Tuhan. Terdapat beberapa pendapat tentang melihat Tuhan: dapat melihat Tuhan di akhirat, tidak dapat melihat Tuhan di dunia maupun di akhirat, atau dapat melihat Tuhan di dunia dengan mata hati dan di akhirat dengan lebih nyata. Seluruh ulama ahlusunah wal jamaah sepakat bahwa semua orang mukmin akan melihat Allah di akhirat kelak.