Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang Ibnu Sina, seorang tokoh besar dalam tradisi peripatetik, dan filsafatnya. Beberapa poin penting yang dibahas meliputi:
- Kehebatan Ibnu Sina sebagai seorang ilmuwan dan filsuf yang menguasai berbagai bidang ilmu.
- Konsep pengetahuan menurut Ibnu Sina yang bersumber dari panca indra dan akal.
- Filsafat kenabian Ibnu Sina yang menekankan pentingnya intuisi suci (al-hads al-qudsi).
- Teori jiwa Ibnu Sina yang terdiri dari daya nabati, hewani, dan insani.
- Konsep pembersihan jiwa (purifikasi) untuk mencapai makrifat.
Pembukaan
Pengajian filsafat ini sudah memasuki pertemuan ke-40. Tujuan belajar filsafat adalah mengenali diri sendiri dan mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membawa kita semakin dekat kepada Allah dan memberikan manfaat bagi sesama. Kebenaran harus dialami (tahakub), bukan hanya dipahami atau disaksikan.
Ibnu Sina: Sang Ensiklopedis
Ibnu Sina adalah tokoh paling besar dalam tradisi peripatetik dan digelari "The Encyclopedist" karena keluasan ilmunya. Jasa terbesarnya bagi peradaban Barat adalah di bidang kedokteran, dengan ensiklopedinya "Al-Qanun fi At-Tibb". Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein bin Abdullah bin Sina. Ia lahir di Uzbekistan dan dikenal juga sebagai Avisenna di Barat.
Fakta-Fakta tentang Kehebatan Ibnu Sina
Ibnu Sina sudah hafal Al-Quran sejak umur 7 tahun dan mulai belajar metafisika pada umur 8 tahun. Ia memahami Aristoteles dengan bantuan buku Al-Farabi. Dalam Al-Qanun fi At-Tibb, Ibnu Sina sudah membahas tentang kanker, tumor, diabetes, dan TBC jauh sebelum ilmu kedokteran Barat berkembang. Ia juga ahli psikofisiologi, psikosomatik, dan neuropsikiatri. Ibnu Sina merumuskan kode etik kedokteran dan menggunakan termometer. Ia juga membahas tentang fisika kuantum, ESQ, dan kesadaran. Di bidang metafisika, Ibnu Sina sudah menulis tentang The Law of Attraction. Ia juga membahas tentang pengobatan dengan lintah dan peredaran darah. Ibnu Sina adalah pendiri Rumah Sakit Jiwa dan menemukan mikroorganisme serta metanol. Ciri khasnya adalah salat dua rakaat ketika sedang buntu dalam berpikir. Ia juga ahli bermain musik dan bernyanyi. Ibnu Sina adalah orang yang bisa membaca dan menulis cepat. Ia menjadi dosen pada usia 18 tahun dan sempat dipenjara karena difitnah. Setelah keluar dari penjara, ia fokus pada dunia ilmu. Ia pernah menyembuhkan khalifah dan hanya meminta akses ke perpustakaan istana sebagai imbalan. Ibnu Sina meninggal pada usia muda karena kelelahan dan sakit maag. Ia membagi-bagikan hartanya kepada orang miskin sebelum meninggal. Ibnu Sina mengawali karirnya dari tradisi rasional dan berakhir di tradisi sufistik.
Pengakuan Dunia atas Kehebatan Ibnu Sina
NASA memberi nama salah satu kawah di bulan dengan nama Avisenna. Banyak lembaga menggunakan nama Avisenna, seperti klinik, penerbit, sekolah, pengobatan, dan hotel. UNESCO memiliki agenda bernama Avisenna Prize. Spesimen pohon bakau juga disebut Avisenna. Banyak tokoh besar yang terpengaruh oleh Ibnu Sina, seperti Al-Ghazali, Newton, William Harvey, Thomas Aquinas, Galileo, Albertus Magnus, Rene Descartes, dan Francis Bacon.
Filsafat Ibnu Sina: Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari realitas melalui panca indra. Pengetahuan di luar panca indra pun sebenarnya sumbernya dari panca indra melalui asosiasi. Panca indra terdiri dari dimensi eksternal (mata, telinga, hidung, lidah, kulit) dan internal (al-hissul mustarak, al-musawirah, al-mutakhayyilah, al-mauhumah). Al-hissul mustarak adalah pengetahuan yang diperoleh dari gabungan berbagai panca indra. Al-musawirah adalah kemampuan menggambarkan. Al-mutakhayyilah adalah kemampuan menganalisis. Al-mauhumah adalah kemampuan menerka dan menyimpulkan.
Filsafat Ibnu Sina: Daya Penalaran
Daya penalaran (al-quwwah an-natiqah) tidak lagi tergantung pada dunia fisik. Daya penalaran terdiri dari akal praktis dan akal teoritis. Akal praktis adalah kemampuan berpikir manusia secara nyata, sedangkan akal teoritis adalah potensi berpikir manusia secara abstrak. Akal praktis terdiri dari al-quwwah an-nuzui'ah (pendorong), al-quwwah al-mutakhayyilah (pengelola), dan al-quwwah al-muhimah (penyimpul). Akal teoritis terdiri dari potensi akal untuk menangkap esensi (al-'aql al-hayulani), al-'aql al-malakah (akal yang direalisasikan sebagian), dan al-'aql al-fa'al (akal aktif).
Filsafat Ibnu Sina: Klasifikasi Ilmu
Ibnu Sina mengklasifikasikan ilmu menjadi dua, yaitu ilmu teoritis dan ilmu praktis. Ilmu teoritis membahas sebagaimana adanya, sedangkan ilmu praktis membahas bagaimana seharusnya. Ilmu teoritis terdiri dari matematika, logika, dan fisika. Ilmu praktis terdiri dari etika, politik, dan ekonomi.
Filsafat Ibnu Sina: Pembuktian Tuhan
Ibnu Sina menggunakan dalil kemungkinan (dalilul jawaz) untuk membuktikan adanya Tuhan. Segala sesuatu pasti ada sebabnya, dan rangkaian sebab akibat ini harus ada titik akhirnya. Sebab yang pertama harus ada karena dirinya sendiri, bukan karena yang lain. Sebab yang pertama ini disebut Allah, yang wajibul wujud (wujudnya wajib).
Filsafat Ibnu Sina: Filsafat Kenabian
Nabi memiliki intuisi suci (al-hads al-qudsi) untuk menerima pengetahuan dari akal fa'al. Kebenaran para nabi dan filsafat bisa sama, hanya saja nabi memiliki keistimewaan dikasih langsung oleh Allah. Kekuatan mental nabi bisa mempengaruhi dunia fisik, seperti mukjizat.
Filsafat Ibnu Sina: Teori Jiwa
Jiwa dan tubuh adalah dua hal yang berbeda. Tubuh hanya kendaraan, sedangkan esensinya adalah jiwa. Jiwa terdiri dari daya nabati (makan, tumbuh, berkembang), daya hewani (gerak, insting), dan daya insani (akal teoritis, akal praktis). Roh menempat dalam tubuh untuk menyempurnakan dirinya dan menemukan tujuan finalnya, yaitu bersatu dengan Tuhan.
Filsafat Ibnu Sina: Pembersihan Jiwa (Purifikasi)
Pembersihan jiwa (purifikasi) ada tiga level, yaitu zahid (menghindar dari dunia), abid (mengisi aktivitas dengan ibadah), dan arif (makrifat). Terminal pertamanya untuk jadi orang arif adalah menjadi murid (muridin). Puncaknya adalah akwatan (pengalaman melihat cahaya).
Filsafat Ibnu Sina: Al-Hikmah Al-Masyriqiyyah
Al-Hikmah Al-Masyriqiyyah (filsafat Timur) adalah filsafat yang menggabungkan rasionalitas dan spiritualitas. Ibnu Sina menulis tiga novel trilogi yang berkaitan dengan filsafat Timur, yaitu Hai bin Yaqdzan, Risalatut Thair, dan Salman wa Absal. Hai bin Yaqdzan adalah cerita tentang orang yang hidup dan sudah bangun (sadar). Salman wa Absal adalah cerita tentang akal, nalar, dan jiwa. Risalatut Thair adalah kisah tentang burung yang dikurung dalam sangkar.