Ringkasan Singkat
Video ini adalah sesi ke-42 dari ngaji filsafat yang membahas tentang Ibnu Bajah, seorang filsuf dari era Islam Spanyol. Video ini membahas tentang konsep rausan fikir, perbedaan antara sarjana, ilmuwan, intelektual, dan rausan fikir, serta pentingnya ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, video ini juga membahas tentang teori politik Ibnu Bajah tentang tadbirul mutawahid, yaitu membina orang-orang khusus yang tidak terkontaminasi oleh masyarakat.
- Pentingnya menjadi rausan fikir, bukan hanya sarjana atau ilmuwan.
- Teori politik Ibnu Bajah tentang tadbirul mutawahid.
- Pentingnya akal sehat dan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pembukaan
Sesi ini dibuka dengan harapan agar ngaji filsafat menjadi populer dan bermanfaat. Penekanan diberikan pada pentingnya mengatasi kebosanan dan kemalasan dalam belajar. Dijelaskan juga tentang konsep "rausan fikir" dari Ali Syariati, yang merupakan level tertinggi dari seorang intelektual, yang tidak hanya berilmu tapi juga relevan dan bermanfaat bagi masyarakat. Dibedakan antara sarjana, ilmuwan, intelektual, dan rausan fikir, dengan penekanan bahwa rausan fikir adalah orang yang tercerahkan dan mencerahkan.
Pengantar tentang Ibnu Bajah
Sesi ini beralih ke pembahasan tentang Ibnu Bajah, seorang filsuf dari era Islam Spanyol (Andalusia). Tradisi filsafat di barat berbeda dengan di timur, di mana barat lebih menekankan rasionalitas dan membuang unsur-unsur irrasional. Dijelaskan bahwa Ibnu Bajah hidup di era akhir Andalusia, di mana ia sering dikejar-kejar karena pandangannya yang dianggap provokatif.
Biografi Singkat Ibnu Bajah
Dijelaskan nama lengkap dan gelar Ibnu Bajah, serta tempat kelahirannya. Ibnu Bajah sering berpindah tempat tinggal karena fitnah dan pengejaran, hingga akhirnya lari ke Afrika Utara. Di Afrika Utara, ia hidup di era dinasti Almurabitun dan Almuwahidun. Ibnu Bajah meninggal karena diracun pada usia 43 tahun. Meskipun hidupnya singkat, karya-karyanya sangat berpengaruh, terutama di barat.
Karya-Karya Ibnu Bajah
Disebutkan beberapa karya Ibnu Bajah yang dikompilasi oleh Majid Fakhri, seperti Tadbir al-Mutawahid, Fil Ghayah al-Insaniah, dan Risalatul Wada'. Dijelaskan bahwa teori politik Ibnu Bajah adalah titik awal yang baik untuk memahami pemikirannya, karena hampir semua teorinya mendukung teori politiknya.
Teori Politik: Tadbirul Mutawahid
Dijelaskan tentang teori politik Ibnu Bajah tentang "tadbirul mutawahid," yaitu membina orang-orang khusus (mutawahid) yang tidak terkontaminasi oleh masyarakat. Orang-orang inilah yang layak menjadi pemimpin negara. Mutawahid bukan berarti menjauhi masyarakat, tapi tidak terpengaruh oleh budaya pop dan perbuatan masyarakat yang rendah. Orang yang berkualitas itu pasti eksklusif.
Negara Sempurna Menurut Ibnu Bajah
Menurut Ibnu Bajah, negara sempurna adalah negara yang rakyatnya cerdas semua karena pengaruh si mutawahid. Jika semua orang akalnya waras, negara tidak perlu banyak aturan. Namun, kondisi Indonesia saat ini masih jauh dari ideal. Obatnya adalah mencari al-mutawahid, orang yang tidak larut di masyarakat dan bisa menciptakan arus baru yang positif.
Negara yang Tidak Sempurna
Kebalikannya, di negara yang tidak sempurna, kebenaran tidak pernah tampil dan penuh kebohongan. Kondisi ini membuat masyarakat hidup dalam kekeliruan dan kebingungan. Kondisi ini mirip dengan yang digelisahkan oleh Ibnu Bajah di era akhir dinasti Almurabitun.
Tadbir: Pembinaan Akal Sehat
Dijelaskan bahwa "tadbir" lebih tepat diartikan sebagai pembinaan, di mana yang membina adalah akal sehat. Tadbirul mutawahid adalah seorang mutawahid yang dikendalikan oleh akal sehatnya. Filsafat Islam tradisi barat cenderung rasionalis. Dijelaskan juga tentang tadbir Tuhan pada alam, tadbir perkotaan, dan tadbir rumah tangga.
Tadbir Jiwa
Ibnu Bajah lebih menekankan pada tadbir jiwa, karena rumah tangga adalah jembatan kesempurnaan diri dan negara. Mutawahid dalam dunia Sufi disebut "huraba," yaitu orang asing yang tidak mengikuti arus masyarakat. Alat paling utama dari tadbir adalah akal, maka ahli takbir adalah para filosof.
Jenis Perbuatan Manusia
Menurut Ibnu Bajah, ada tiga jenis perbuatan: perbuatan dari jasmani, perbuatan dari watak/tabiat, dan perbuatan dari akal. Yang perlu ditadbir adalah perbuatan yang kita rancang sendiri, bukan yang dirancang oleh Allah.
Perbuatan Hewani dan Manusiawi
Perbuatan manusia dibagi menjadi dua: perbuatan hewani (motifnya naluriah) dan perbuatan manusiawi (motifnya akal budi). Contohnya, makan dan minum bisa menjadi perbuatan hewani atau manusiawi tergantung motifnya.
Kebajikan Formal dan Spekulatif
Kebajikan juga dibagi menjadi dua: kebajikan formal (bawaan sejak lahir) dan kebajikan spekulatif (hasil analisis akal). Akal dianggap rajanya, sehingga filsafat Islam dari barat cenderung rasionalis.
Tujuan Perbuatan
Tujuan perbuatan ada tiga: tujuan jasmaniah, tujuan rohaniah khusus, dan tujuan rohaniah umum. Tujuan rohaniah umum lebih tinggi karena mendekatkan diri pada Allah.
Akal dan Pengetahuan
Kebenaran bisa diperoleh dengan akal, dan akal yang paling tinggi adalah akal yang berwawasan roh (pengetahuan ketuhanan). Ilmu ketuhanan dan eskatologis adalah ilmu yang fardu ain.
Kebenaran dan Keyakinan
Kebenaran batasnya sangat tipis dengan keyakinan. Keyakinan pasti kebenaran bagi yang yakin, tapi kebenaran yang tidak diyakini hanyalah kemungkinan. Keyakinan lebih operatif dan fungsional daripada kebenaran.
Jiwa: Hasrat, Daya, dan Tataran
Jiwa memiliki hasrat imajinatif, hasrat menengah, dan hasrat bicara. Jiwa juga merindukan kekekalan. Daya jiwa meliputi daya nutritif, daya persepsi, dan daya imajinasi. Tatarannya meliputi imaterial mutlak, imaterial yang berhubungan dengan materi, materi yang diabstraksikan, dan antara materi dan spiritual.
Filosof dan Nabi
Manusia bisa mencapai level filosof dan nabi dengan akal. Mutawahid adalah orang yang menjaga jasmaninya, memperhatikan rohaninya, dan hidup di tataran filosofis. Tugas mutawahid adalah menyebarkan cahayanya dan mendidik masyarakat.
Penutup
Sesi ini ditutup dengan penjelasan bahwa Ibnu Bajah adalah "anak emas" karena ayahnya adalah tukang emas. Sesi selanjutnya akan membahas tentang Ibnu Thufail dan Ibnu Rus.

