Ringkasan Singkat
Video ini membahas konsep "Guru Sejati" dalam filsafat Jawa, yang merujuk pada sisi terdalam diri kita yang membimbing menuju kebenaran. Dijelaskan bahwa guru sejati bukanlah sosok fisik, melainkan kesadaran murni yang terhubung dengan hati nurani. Untuk menemukan guru sejati, diperlukan penyucian hati, laku prihatin, dan olah roso.
- Guru sejati adalah guru batin, bukan guru lahiriah.
- Hati nurani adalah saluran guru sejati.
- Menemukan guru sejati melalui penyucian hati, laku prihatin, dan olah roso.
Pembukaan
Pak Faiz membuka pengajian dengan membahas tema tentang para penonton. Sebelumnya telah dibahas guru menurut John Duy, intelektual menurut Edward Said, dan mursyid. Kali ini akan dibahas tentang guru sejati dalam filsafat Jawa. Konsep guru sejati ini tidak merujuk pada sosok tertentu, melainkan konsep yang berbeda dalam filsafat Jawa. Pak Faiz juga membuka kesempatan bagi yang ingin berbagi filosofi daerah lain untuk berkolaborasi.
Level Ilmu dalam Budaya Jawa
Budaya Jawa memiliki perhatian yang kuat terhadap pendidikan, dengan tingkatan ilmu seperti ilmu kanoman (dasar), kanuragan (keterampilan fisik), kadunnyan (kehidupan konkret), kasepuhan (spiritual), dan kasampurnan (makrifat). Tingkatan ilmu ini menunjukkan tahapan perkembangan manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup.
Kategori Guru dalam Filsafat Jawa
Dalam filsafat Jawa, terdapat empat kategori guru: guru rupo (guru fisik seperti orang tua, guru di sekolah, dosen), guru wicoro/sabdo (guru melalui tulisan), guru laku (pengalaman), dan guru sejati (guru batin). Guru rupo memberikan ilmu lahir, guru wicoro melalui tulisan, guru laku dari pengalaman, dan guru sejati membimbing dari dalam diri.
Guru Sejati: Konsep dan Definisi
Guru sejati disebut juga guru gaib, guru batin, guru sukmo, atau guru hidup. Guru sejati bukan guru lahiriah, bukan orang, melainkan kesadaran murni yang dirasakan oleh jiwa yang hening dan sadar. Guru sejati adalah tajalli Tuhan, manifestasi Tuhan dalam diri kita, atau unsur ilahiah dalam diri.
Guru Rupo Menurut Serat Wulangreh
Serat Wulangreh karya Pakuwono IV memberikan tips mencari guru rupo: pilihlah manusia sejati yang akhlaknya baik, mengerti hukum, ahli ibadah, dan wirai (bisa menjaga diri). Idealnya, guru tersebut adalah ahli topo yang tidak memikirkan pemberian orang lain.
Peran Hati Nurani sebagai Saluran Guru Sejati
Hati nurani adalah suara batin terdalam yang menuntun kita. Hati nurani adalah channel atau saluran guru sejati. Apabila hati nurani jernih, ia akan memantulkan cahaya ilahi dari guru sejati. Mendengarkan hati nurani berarti mendengarkan guru sejati. Hati nurani yang keruh tertutupi oleh ambisi dan nafsu tidak dapat memantulkan cahaya ilahi.
Membedakan Suara Hati Nurani, Dorongan Nafsu, dan Bisikan Setan
Suara hati nurani membuat tenang, berisi nilai kebenaran, kejujuran, cinta, kasih sayang, dan mengajak pada kebaikan tanpa pamrih. Dorongan nafsu mengajak ke arah yang enak dan nyaman. Bisikan setan mengajak ke yang negatif, dosa, maksiat, dan membuat takut serta gelisah.
Hadis tentang Meminta Fatwa kepada Hati
Rasulullah bersabda, "Istafti qolbaka" (mintalah fatwa kepada hatimu). Kebaikan membuat jiwa tenang dan hati tentram, sedangkan dosa membuahkan keraguan dan gelisah. Ikutilah fatwa hatimu yang jernih, meskipun orang lain memberi fatwa yang berbeda.
Konsep Sedulur Papat Limo Pancer
Konsep Sunan Kalijaga tentang sedulur papat limo pancer (empat saudara lima pusat) menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki empat saudara: kakang kawah (ketuban, unsur air, perlindungan, insting), adik ari-ari (plasenta, unsur tanah, kebutuhan jasmani), getih (darah, unsur api, energi dan semangat), dan puser (pusar, unsur angin, hubungan). Jika sedulur papat hidup harmonis, maka pancer (pusat diri) akan tenang dan guru sejati hadir membimbing.
Fungsi Guru Sejati
Guru sejati berfungsi menuntun kepada kebenaran sejati, menjadi penyaring untuk memutuskan mana baik dan buruk, menjadi cermin untuk mengenali diri apa adanya, dan menjadi kompas spiritual. Kebenaran yang dialami langsung (haqqul yakin) lebih valid daripada kebenaran yang berjarak (ilmul yakin dan ainul yakin).
Cara Menemukan atau Membangkitkan Guru Sejati
Untuk menemukan atau membangkitkan guru sejati, ada tiga jalan: menyucikan hati (tazkiyatun nafas), laku prihatin atau tirakat (mengendalikan diri), dan olah roso (menajamkan kesadaran batin).
Olah Roso: Mengenal dan Mengelola Rasa
Olah roso berhubungan dengan membersihkan dimensi batin. Roso tidak sekadar rasa fisik atau emosi, melainkan ada tiga jenis: roso pribadi (kepekaan terhadap diri sendiri), roso sosial (daya empatik), dan roso ilahi (kesadaran tentang hadirnya Tuhan). Tahapan olah roso adalah srawung roso (mengenali rasa), seleh roso (memasrahkan rasa), dan manunggal roso (menyatu dengan rasa).
Samadi atau Semedi: Wadah Olah Roso
Samadi atau semedi adalah laku diam hening menyatu dengan kesadaran batin. Semedi adalah wadah olah roso, untuk menenangkan pikiran dan mendengarkan suara hati nurani. Dalam keheningan semedi, guru sejati akan terdengar suaranya.
Kewaskitaan: Buah dari Bimbingan Guru Sejati
Kewaskitaan adalah kebijaksanaan mendalam, penglihatan batin yang tajam, dan kemampuan membaca yang tidak kelihatan. Orang waskito memiliki batin yang jernih, cerdas spiritual, intuisi tinggi, dekat dengan Tuhan, dan harmonis dengan alam.
Profil Orang yang Telah Menemukan Guru Sejati
Profil orang yang telah menemukan guru sejati adalah andap asor (rendah hati), sumeh dan welas asih (ramah dan penuh kasih sayang), meneng lan eling (hening dan ingat), tidak mencari pengakuan, sumunar (bercahaya), serta tetek lan teman (teguh dan jujur).
Lakon Dewa Ruci: Simbol Pertemuan dengan Guru Sejati
Lakon Dewa Ruci adalah simbol perjalanan spiritual Werkudoro (Bima) mencari banyu perwitosari (air kehidupan). Dalam perjalanan ini, Werkudoro bertemu dengan Dewa Ruci yang berukuran kecil, yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Dewa Ruci meminta Werkudoro masuk ke dalam dirinya, karena air perwitosari ada di dalam diri. Perjalanan di dalam Dewa Ruci adalah simbol menemukan guru sejati dan hakikat diri.
Penutup
Pak Faiz menutup sesi dengan harapan bahwa pembahasan tentang guru sejati dapat memberikan gambaran yang jelas. Guru sejati bukanlah siapa, melainkan apa, yaitu berhubungan dengan hati nurani dan tidak ada sosoknya. Sesi ini merupakan akhir dari tema para penonton. Bulan depan akan ada tema baru yang akan ditentukan sesuai sinyal dari guru sejati.