Ngaji Filsafat 55 : Filsafat Islam - Pengantar Tradisi Illuminasi

Ngaji Filsafat 55 : Filsafat Islam - Pengantar Tradisi Illuminasi

Ringkasan Singkat

Video ini membahas tentang filsafat iluminasi dalam Islam, yang merupakan pencerahan ala Timur yang berbeda dengan pencerahan Barat. Filsafat ini menekankan bahwa pengetahuan yang sempurna datang dari Tuhan, bukan hanya dari akal manusia. Video ini juga menjelaskan konteks historis lahirnya filsafat iluminasi, serta pengaruh-pengaruh yang membentuknya, seperti mistisisme Yunani, spiritualitas Persia kuno, filsafat Yunani (Plato dan Neoplatonisme), tradisi peripatetik Islam (Al-Farabi dan Ibnu Sina), dan ajaran para sufi besar.

  • Filsafat iluminasi menekankan pencerahan dari Tuhan, bukan hanya akal manusia.
  • Konteks historis lahirnya filsafat ini adalah kemunduran Abbasiyah, konflik Arab-Persia, dan tradisi spiritual yang kuat di Persia.
  • Pengaruh utama meliputi mistisisme Yunani (hermetisme), spiritualitas Persia kuno (Zoroastrianisme, Manichaeisme, Mithraisme, Sabianisme), filsafat Yunani (idealisme Plato dan Neoplatonisme Plotinus), tradisi peripatetik Islam (Al-Farabi dan Ibnu Sina), dan ajaran para sufi besar (Dzun Nun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Al-Hallaj, dan Al-Ghazali).

Pembukaan: Pencerahan Ala Timur

Malam ini dimulai lagi ngaji filsafat untuk sesi baru setelah dua tiga bulan yang lalu menyelesaikan fase filsafat barat modern. Sekarang kembali ke timur, ke dunia Islam, masuk ke pencerahan ala timur. Pencerahan di timur tidak melahirkan peradaban saintifik seperti di barat. Disebut pencerahan karena iluminasi secara harfiah artinya pencerahan. Filsafat iluminasi fokus pada pencahayaan, di mana manusia akan menemukan hakikat dirinya dan pengetahuan yang lebih sempurna melalui pencerahan dari Tuhan.

Akar Kata dan Tradisi Iluminasi

Filsafat Islam paruh kedua disebut tradisi iluminasi karena gayanya yang iluminasi. Berbeda dengan sebelumnya (filsafat peripatetik), iluminasi lebih mengandalkan Irfan (batin) daripada Burhan (akal). Filsafat peripatetik mewarisi Aristoteles (rasional, logika), sedangkan iluminasi mewarisi Plato (idealis, mistik). Plato melakukan perjalanan ke timur, termasuk Mesir, dan mengetahui Atlantis. Filsuf Burhan menggunakan akal, sedangkan filsuf Irfan menggunakan batin.

Konteks Historis Lahirnya Iluminasi

Iluminasi lahir sekitar abad ke-3 Hijriah di Persia. Saat itu, Dinasti Abbasiyah mulai surut dan muncul dinasti-dinasti kecil. Umat Islam memulai langkah menuju deklinasi dari sisi ilmu pengetahuan. Cara berpikir rasional khas Abbasiyah mulai surut. Konflik Arab-Persia juga menjadi pemicu, di mana orang non-Arab merasa terpinggirkan. Selain itu, lahir generasi sufi besar di Persia, yang menonjolkan tradisi spiritual yang kuat.

Pengaruh Yunani: Mistisisme dan Hermetisme

Pengaruh pertama adalah Yunani, khususnya mistisisme yang disebut hermetisme (berbeda dengan hermeneutik). Hermetisme diinspirasi oleh Hermes, yang dalam Islam disebut Nabi Idris. Hermes dianggap sebagai orang pintar pertama dalam sejarah, filsuf pertama, dan dokter pertama. Hermetisme menjadi bakal tradisi mistisisme hampir semua agama di dunia. Dalam filsafat Islam, hermetisme diajarkan oleh Ikhwanus Sofa.

Pengaruh Persia Kuno: Zoroastrianisme, Manichaeisme, dan Sabianisme

Pengaruh kedua adalah Persia kuno, termasuk Zoroastrianisme, Manichaeisme, dan Sabianisme. Zoroaster menginspirasi banyak ulama besar Islam, dengan pemikiran dualistiknya. Manichaeisme dibawa oleh Nabi Mani, yang ajarannya merangkum hampir semua agama yang ada. Mitraisme menggunakan analogi cahaya dan kegelapan. Sabianisme (agama Sabiin) menyembah benda-benda angkasa, seperti matahari dan bulan. Istilah "hayakil Anur" (kuil cahaya) terpengaruh oleh agama Sabiin.

Pengaruh Filsafat Yunani: Idealisme Plato dan Neoplatonisme Plotinus

Pengaruh ketiga adalah filsafat Yunani, yaitu idealisme Plato dan Neoplatonisme Plotinus. Tiga ide utama Plato adalah dunia ide, emanasi, dan remanasi. Dunia ide adalah alam sebelum kita hidup di dunia ini, tempat segalanya dalam bentuk sempurna. Emanasi adalah pelimpahan dari Tuhan, sedangkan remanasi adalah upaya manusia untuk kembali kepada Tuhan. Plotinus mengajarkan tiga cara remanasi: berbuat baik, berfilsafat, dan bertasawuf.

Pengaruh Tradisi Peripatetik Islam: Al-Farabi dan Ibnu Sina

Pengaruh keempat adalah tradisi peripatetik Islam, khususnya Al-Farabi dan Ibnu Sina. Al-Farabi menggagas tasawuf aqli (tasawuf yang menggunakan akal). Ibnu Sina telah membahas al-hikmah al-masyriqiah sebelum Suhrawardi. Ibnu Sina memiliki tiga kitab: Hay bin Yaqzhan (meninggalkan keduniawian), Salman wa Absal (pertarungan idealisme, akal, dan nafsu), dan Risalat at-Thair (burung yang ingin bebas).

Pengaruh Para Sufi Besar: Dzun Nun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Al-Hallaj, dan Al-Ghazali

Pengaruh kelima adalah para sufi besar, seperti Dzun Nun al-Misri (konsep makrifat), Abu Yazid al-Bustami (konsep ittihad melalui fana dan baqa), Al-Hallaj (konsep khulul), dan Al-Ghazali (Misykat al-Anwar). Al-Ghazali mengkritik paradigma berpikir barat yang dualistik subjek-objek, dan menekankan bahwa akal tidak berdaya tanpa bantuan cahaya dari Tuhan. Tasawuf menunjukkan bahwa alam ini tidak hanya materi, tetapi juga dimensi batin yang lebih esensial.

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ