Ngaji Filsafat 56 : Suhrawardi Al Maqtul

Ngaji Filsafat 56 : Suhrawardi Al Maqtul

Ringkasan Singkat

Video ini membahas tentang tasawuf falsafi, khususnya ajaran Suhrawardi al-Maqtul, seorang sufi dan filsuf Persia. Dijelaskan bagaimana Suhrawardi menggabungkan wacana keislaman, pengalaman sufistik (Irfani), dan filsafat untuk memahami dan mengekspresikan pengalaman religius.

  • Tasawuf falsafi menggabungkan akal dan hati dalam memahami agama.
  • Suhrawardi dikenal dengan filsafat iluminasi (Isyraqiyah) yang menekankan cahaya sebagai simbol utama.
  • Kebenaran dapat dicapai melalui tiga cara: pengalaman mistik yang tak terungkapkan, pemahaman rasional tanpa pengalaman, dan kombinasi keduanya.

Pengantar: Tasawuf Falsafi dan Upaya Menggabungkan Wacana

Pembicara menjelaskan bahwa filsafat dan tasawuf sering dianggap terpisah, namun tasawuf falsafi mencoba menggabungkan keduanya. Para sufi di era Persia iluminasi berupaya menggabungkan wacana keislaman (teks), pengalaman sufistik (Irfani), dan filsafat. Tujuannya adalah untuk memahami pengalaman religius secara logis dan menyampaikannya melalui bahasa yang bisa dipahami. Analogi minum teh digunakan untuk menggambarkan bagaimana akal diperlukan untuk menjelaskan pengalaman yang bersifat personal.

Suhrawardi al-Maqtul: Tokoh Tasawuf Iluminasi

Dalam tradisi Islam, tasawuf falsafi sering dikaitkan dengan Persia, khususnya tradisi iluminasi. Pembicara akan memulai dengan membahas Suhrawardi al-Maqtul, tokoh penting dalam tasawuf iluminasi. Dalam sejarah Islam, ada tiga tokoh bernama Suhrawardi, dan penting untuk tidak keliru. Suhrawardi yang dibahas adalah Syihabuddin Yahya bin Habasyi bin Amirk Suhrawardi al-Maqtul, seorang Kurdi yang dihukum mati di usia muda.

Riwayat Hidup Suhrawardi: Anak Muda yang Gila Ilmu

Suhrawardi dikenal sebagai anak muda yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Dia menjelajahi berbagai guru Sufi, ahli fikih, dan tasawuf. Ia dikenal karena kemampuannya mengkombinasikan ajaran filsafat dan tasawuf. Suhrawardi bersahabat dengan Malik az-Zahir, namun kepintarannya menimbulkan iri hati dari ulama lain, yang kemudian memfitnahnya. Meskipun berhasil mempertahankan diri dalam debat, fitnah terus berlanjut hingga akhirnya Salahuddin al-Ayyubi memerintahkan Malik az-Zahir untuk menghukum Suhrawardi.

Karya-Karya Monumental Suhrawardi

Karya-karya Suhrawardi berjumlah sekitar 20, namun yang paling monumental terkait filsafat iluminasi ada empat: Attalwihat, Almuqaamat, Almasyari' wal Mutaharat, dan Hikmatul Isyraq. Urutan membacanya disarankan dimulai dari Almasyari' wal Mutaharat, kemudian Attalwihat, Almuqawamat, dan terakhir Hikmatul Isyraq. Pembicara menekankan bahwa memahami ajaran Suhrawardi tidak hanya membutuhkan akal, tetapi juga riyadah, mujahadah, dan tazkiyatun nafs.

Dasar Filsafat Iluminasi: Cahaya dalam Al-Qur'an

Dasar filsafat iluminasi Suhrawardi adalah Al-Qur'an, khususnya surah An-Nur ayat 35. Ayat ini menggambarkan Allah sebagai cahaya langit dan bumi. Suhrawardi menggunakan simbolisme cahaya karena Allah sendiri menggunakan istilah tersebut. Allah adalah sumber cahaya, dan makhluk hidup serta alam semesta mengandung kadar tertentu dari cahaya Allah. Pembicara menjelaskan perumpamaan cahaya Allah dengan lubang, lampu, kaca, dan pohon zaitun yang diberkahi.

Ontologi Cahaya: Emanasi dari Nurul Anwar

Allah adalah Nurul Anwar (cahaya dari semua cahaya) dan sumber bagi semua yang ada. Makhluk adalah hasil limpahan dari cahaya Allah. Makhluk pertama yang paling dekat dengan Nurul Anwar disebut Nurul Aqrab, yang dalam filsafat peripatetik disebut akal fa'al atau Nur Muhammad. Suhrawardi berbeda dengan Ibnu Arabi dalam konsep wahdatul wujud; Suhrawardi menganut panenteisme, yang menyatakan bahwa ada kandungan Allah dalam diri manusia, namun ada bagian yang bukan Allah.

Epistemologi Iluminasi: Ilmu Huduri dan Pengetahuan Intuitif

Pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang dialami langsung (ilmu huduri atau knowledge by presence). Suhrawardi mengkritik filsuf peripatetik yang hanya berhenti pada bentuk dan materi. Ia bermimpi bertemu Aristoteles yang menyuruhnya mencari kebenaran dalam diri sendiri. Ilmu huduri adalah pengetahuan yang hadir langsung dalam diri, bukan sekadar informasi dari luar. Pengetahuan ini bisa berupa intuisi atau ilham dari Allah.

Tiga Level Ilmu Pengetahuan dan Pentingnya Kebersihan Batin

Ilmu adalah cahaya, dan syaratnya adalah adanya cahaya, tidak ada penghalang (hijab), dan adanya aktivitas (isyraq). Penghalang cahaya adalah kegelapan, kebinatangan, nafsu, syahwat, ego, dan keakuan. Untuk mendapatkan cahaya, seseorang harus membersihkan diri dan merayu Allah melalui riyadah dan mujahadah. Pembicara menekankan pentingnya Rida pada Allah agar mendapatkan cahayanya.

Ketenangan Pikiran dan Keuntungan Melampaui Dunia Materi

Jika seseorang mendapatkan pengetahuan (cahaya), pikirannya akan menjadi tenang. Pikiran yang tenang membuka spiritualitas dan daya rohaniah. Dengan demikian, seseorang dapat melampaui dunia materi dan membersihkan diri lebih mudah. Jika batin bersih, seseorang dapat lebih terhubung dengan Allah. Pembicara menjelaskan perbedaan pendekatan Timur (reseptif) dan Barat (agresif) dalam mencari pengetahuan.

Indikator Pengetahuan dan Analogi Cermin

Indikator pengetahuan adalah ketenangan (Sakinah) dan keimanan yang selalu berzikir kepada Allah. Suhrawardi menggunakan analogi cermin untuk menggambarkan manusia. Allah adalah matahari, dan manusia adalah cermin. Untuk memantulkan cahaya Allah, cermin harus bersih. Setiap kesalahan adalah kotoran di cermin. Nabi Muhammad adalah contoh sempurna dalam menerjemahkan cahaya Allah.

Tauhid dalam Pandangan Suhrawardi

Suhrawardi mengklasifikasikan tauhid dalam lima jenis, dari yang paling rendah (Lailahaillallah) hingga yang paling tinggi (diam). Tingkatan tauhid meliputi:

  1. Lailahaillallah: Tauhidnya orang awam.
  2. Lailahaillahu: Tidak ada Tuhan selain Dia.
  3. La ilaha illa Anta: Tidak ada Tuhan selain Engkau.
  4. La ilaha illa Ana: Tidak ada Tuhan selain Aku (dalam konteks fana).
  5. Diam: Puncak tauhid, melebur dalam eksistensi Tuhan.

Pembicara mengakhiri dengan kata mutiara Suhrawardi: "Engkau hanya kaca, bukan cahaya."

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ