Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang Mulla Sadra, seorang tokoh puncak dari tradisi filsafat Persia dan iluminasi. Dijelaskan mengenai latar belakang historis, epistemologi, ontologi, serta teori-teori utama Mulla Sadra seperti Asalatul Wujud, Taskikul Wujud, Al-Harakah Al-Jauhariah, dan Asfar Al-Arba'ah.
- Mulla Sadra menggabungkan tradisi filsafat peripatetik, iluminasi, dan dialektika.
- Teori utamanya meliputi keaslian eksistensi, gradasi wujud, gerakan substansial, dan empat perjalanan spiritual.
Pengantar tentang Mulla Sadra
Mulla Sadra adalah tokoh puncak dari tradisi filsafat Persia, khususnya iluminasi. Untuk memahami Mulla Sadra, penting untuk menguasai istilah-istilah teknis dan tradisi kefilsafatan sebelumnya. Nama lengkapnya adalah Sadruddin Muhammad Shirazi, lahir di Shiraz pada era Dinasti Safawiyah. Keluarganya adalah bangsawan, ayahnya seorang menteri atau gubernur. Mulla adalah gelar yang berarti pemuka agama.
Konteks Historis dan Guru-Guru Mulla Sadra
Mulla Sadra hidup di era Dinasti Safawiyah, dinasti Syiah Isna Asyariah. Ia memiliki tiga guru utama: Mir Damad (ahli filsafat iluminasi), Bahauddin Muhammad al-Amili (ahli kalam, teologi, tafsir, hadis), dan Mir Abul Qasim Fendereski (ahli filsafat peripatetik). Mulla Sadra dikenal sebagai Syaikhul Muta'allihin (guru para teosof), dengan teori terkenalnya Hikmah Muta'aliah (teosofi transendental).
Kegelisahan dan Uzlah Mulla Sadra
Mulla Sadra mengalami kegelisahan karena pertentangan dengan kelompok Akhbariyun (skripturalis), Muhaddisun (ahli hadis), dan Fuqaha (ahli fiqih). Ia kemudian melakukan uzlah (pengasingan diri) selama 7-11 tahun untuk mencari kebenaran alternatif, hingga mengalami kasyaf (pencerahan). Setelah itu, ia kembali ke Shiraz, mendirikan sekolah, dan mulai aktif sebagai intelektual.
Epistemologi Mulla Sadra: Menggabungkan Tiga Khazanah
Mulla Sadra dikenal karena kemampuannya menggabungkan tiga khazanah: Masyaiun (peripatetik), Isyraqiun (iluminasi), dan Jadaliun (dialektika). Masyaiun menggunakan logika, Isyraqiun menggunakan intuisi, dan Jadaliun menggunakan perdebatan. Mulla Sadra menyatukan akal, wahyu, dan visi batin (qolb). Wahyu tanpa akal tidak berguna, dan akal tanpa wahyu kehilangan dasar. Irfan (pengalaman langsung) diperlukan agar agama tidak menjadi formalitas.
Ontologi Mulla Sadra: Memahami Ada dan Eksistensi
Dalam ontologi Mulla Sadra, "ada" adalah predikat yang universal dan apriori. Tidak semua yang ada itu tampak, dan tidak semua yang tampak itu nyata. Tidak semua yang nyata itu eksis (harus konkret, punya ruang dan waktu, serta bersifat publik). Eksistensi adalah ekspresi keluar, sedangkan esensi adalah hakikat terdalam. Substansi adalah bahan, dan aksidensi adalah sifat-sifat.
Teori Utama: Asalatul Wujud (Keaslian Eksistensi)
Asalatul Wujud menyatakan bahwa eksistensi lebih utama daripada esensi. Esensi terbentuk oleh eksistensi, dan bersifat iktibariah (rekaan manusia). Tidak ada sifat bawaan; manusia tergantung pada eksistensinya. Esensi tidak memiliki dirinya sendiri, melainkan berhubungan dengan eksistensi.
Teori Utama: Taskikul Wujud (Gradasi Wujud)
Taskikul Wujud adalah pengembangan dari Wahdatul Wujud. Semua realitas adalah cerminan Tuhan, tetapi sifatnya gradasi. Alam semesta memiliki tingkatan, dari alam benda hingga Wajibul Wujud (Tuhan). Manusia bisa jatuh ke level terendah (asfal safilin) atau mencapai level tertinggi (ahsanut taqwim).
Teori Utama: Al-Harakah Al-Jauhariah (Gerakan Substansial)
Al-Harakah Al-Jauhariah menyatakan bahwa seluruh alam semesta bergerak menuju kesempurnaan. Gerakan adalah proses aktualisasi potensi (khurujul quah ilal fi'li). Manusia memiliki potensi ketuhanan yang harus diwujudkan. Setiap detik adalah dekonstruksi dan rekonstruksi terus-menerus.
Jiwa Manusia dan Fakultas-Fakultasnya
Jiwa manusia mengalami Harakah Jauhariah. Ada gradasi jiwa: vegetatif, hewani, dan manusiawi. Puncak jiwa manusia memiliki lima fakultas: sensus komunis (common sense), aprehensi (daya prediksi), fantasi (daya khayal), memori (daya ingatan), dan mutafakiro (daya berpikir).
Itihadul Aqil Bil Ma'qul (Persatuan Akal dengan Ilmu)
Itihadul Aqil Bil Ma'qul adalah kunci manusia bisa bergerak substantif. Sebagaimana tubuh butuh gizi, rohani butuh ilmu. Apa yang dimasukkan ke dalam kepala akan mempengaruhi perilaku dan gaya hidup. Informasi yang keliru akan membuat rohani sakit.
Kosmologi Manusia dan Asfar Al-Arba'ah (Empat Perjalanan)
Manusia memiliki tiga kosmos: alam jabarud (fisik), misaliah (intelektual/rohani), dan barzah (perantara). Di hari kiamat, yang dibangkitkan adalah jasad barzakhi. Untuk mencapai kesempurnaan, manusia harus melakukan empat perjalanan (Asfar Al-Arba'ah): Sair Minal Khalq Ilal Haq (dari makhluk menuju Allah), Sair Bilhaqi Fil Haq (perjalanan di dalam Allah), Sair Minal Haq Ilal Khalq (dari Allah menuju makhluk), dan Sair Fil Khalq Bilhaq (perjalanan dengan Allah).
Penutup dan Puisi Mulla Sadra
Video diakhiri dengan puisi Mulla Sadra yang menekankan bahwa Tuhan itu tak terbatas, tetapi menjadi kecil sesuai dengan pemahaman manusia. Kekuasaan dan kebesaran Tuhan tergantung pada keyakinan manusia. Kunci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan adalah keyakinan, sucinya hati, dan menjauhi kekejian.