Ngaji Filsafat 76 : Agnostisisme

Ngaji Filsafat 76 : Agnostisisme

Ringkasan Singkat

Video ini membahas tentang agnostisisme, sebuah pandangan yang menyatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui atau memahami Tuhan dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Video ini juga membahas perbedaan antara agnostisisme dan ateisme, serta berbagai jenis agnostisisme.

  • Agnostisisme berfokus pada keterbatasan pengetahuan manusia tentang Tuhan.
  • Terdapat berbagai jenis agnostisisme, mulai dari yang condong pada kepercayaan hingga ketidakpercayaan.
  • Tokoh-tokoh seperti Immanuel Kant, para positivis logis, dan Bertrand Russell memberikan kontribusi penting dalam pemikiran agnostik.

Pembukaan

Pembukaan dimulai dengan doa dan pengantar tentang tema pengajian malam ini, yaitu agnostisisme. Agnostisisme dibahas setelah ateisme, dengan tujuan membersihkan pemahaman yang keliru tentang ketuhanan. Belajar ateisme dan agnostisisme penting untuk menghindari keberagamaan yang cengeng atau hanya mencari keuntungan. Kritik dari tokoh seperti Nietzsche, Marx, dan Freud digunakan sebagai dasar untuk membersihkan pemahaman yang salah tentang Tuhan.

Pengertian Agnostisisme

Agnostisisme lebih menekankan pada epistemologi (cara berpikir) daripada ateisme yang fokus pada kondisi mental tidak percaya. Agnostik berasal dari kata "gnostik" yang berarti tahu, sehingga agnostik berarti tidak tahu. Dalam mistisisme dan tasawuf, gnostik setara dengan ilmu laduni, yaitu pandangan bahwa manusia bisa tahu segalanya, termasuk hal gaib. Agnostik berpendapat bahwa manusia tidak bisa tahu apa-apa karena pikirannya terbatas. Agnostisisme menyatakan bahwa manusia tidak mungkin bisa tahu tentang Tuhan dan hal-hal eskatologis.

Sejarah dan Tokoh Agnostisisme

Thomas Huxley adalah orang pertama yang menggunakan istilah agnostik dalam konteks ketuhanan dan agama. Namun, pemikiran agnostik sudah ada sebelumnya, termasuk dalam teologi negatif dalam Islam yang menyatakan bahwa Allah hanya bisa dipahami melalui peniadaan (jalur negatif). Tokoh-tokoh seperti Protagoras dan Sokrates juga memiliki gaya agnostik. Untuk menjaga kesehatan akal, sesekali kita harus bersikap agnostik dan tidak mudah percaya pada berita tanpa bukti.

Epistemologi dan Teologi dalam Agnostisisme

Agnostisisme dapat dibagi menjadi epistemologis dan teologis. Secara epistemologis, agnostisisme adalah cara berpikir skeptis bahwa manusia tidak mungkin mendapatkan pengetahuan hakiki. Secara teologis, agnostisisme mempertanyakan apakah manusia memiliki kapasitas untuk memahami Tuhan apa adanya. Huxley membagi agnostisisme menjadi positif (mengikuti akal sehat tanpa batasan) dan negatif (tidak pura-pura tahu jika tidak ada bukti). Pikiran Huxley sering dikaitkan dengan evidensialisme, yaitu keyakinan bahwa segala klaim harus memiliki bukti.

Agnostik vs Skeptis

Agnostik dan skeptis memiliki rumpun yang sama, di mana agnostik adalah bagian dari skeptisisme. Skeptisisme adalah alamat untuk terus bertanya karena tidak percaya, sehingga untuk kesehatan akal, sesekali kita harus agnostik. Agnostik adalah sikap mental, sedangkan agnostisisme adalah ideologi yang tertutup dan tidak dinamis. Islam sering dituduh sebagai ideologi karena dianggap totaliter dan dogmatis.

Belief vs Acceptance

Terdapat perbedaan antara belief (percaya) dan acceptance (menerima). Menerima bersifat sukarela dan tidak butuh alasan, sedangkan percaya biasanya butuh alasan. Dalam Islam, amantu billahi berbeda dengan roditu billahi rabba. Oleh karena itu, agnostisisme dapat dibagi menjadi agnosticism as not believing dan agnosticism as not accepting.

Jenis-Jenis Agnostisisme

Ada agnostik teis (percaya Tuhan tapi tidak mengerti), agnostik ateis (tidak percaya Tuhan karena tidak paham), apatis (tidak peduli Tuhan ada atau tidak), agnostisisme kuat (manusia tidak akan bisa paham tentang Tuhan), dan agnostisisme lemah (sekarang belum bisa memahami, tapi mungkin besok bisa). Semboyan agnostisisme yang terkenal adalah "I don't know and you don't either."

Kebenaran dalam Perspektif Agnostisisme

Kebenaran memiliki tujuh jenis: eksklusif, inklusif, pluralis, universal, nihilis, pesimis (agnostik), dan monistik (Sufi). Kebenaran eksklusif hanya milikku, inklusif mengakui kebenaran orang lain, pluralis melihat kebenaran dari perspektif berbeda, universal berlaku untuk semua orang, nihilis tidak mengakui kebenaran, pesimis menganggap kebenaran tidak mungkin dicapai, dan monistik melihat semua kebenaran dalam skenario Allah.

Tokoh-Tokoh Filsafat Agnostik: Immanuel Kant

Immanuel Kant memisahkan antara nomena (Tuhan) dan fenomena (pikiran). Manusia tidak bisa menyentuh nomena, hanya fenomena. Konsep metafisik yang non-indrawi tidak mungkin diketahui apa adanya. Dalam filsafat moralnya, Kant menyatakan bahwa Tuhan harus dihadirkan demi moralitas. Tiga hal yang wajib ada demi moralitas adalah kebebasan, keabadian (akhirat), dan Tuhan.

Tokoh-Tokoh Filsafat Agnostik: Positivisme Logis dan Falsifikasi Popper

Positivisme logis menyatakan bahwa kebenaran hanya yang empiris dan rasional (logis dan matematis). Metafisika dianggap meaningless. Falsifikasi Popper menyatakan bahwa ilmu berkembang karena falsifikasi (dibuktikan salah), bukan verifikasi (dibuktikan benar). Teori Popper diteruskan oleh Anthony Flew dengan cerita tukang kebun yang tidak kelihatan, yang menyindir cara kita mendeskripsikan Tuhan.

Tokoh-Tokoh Filsafat Agnostik: Rasionalisme Kritis Hans Albert dan Bertrand Russell

Hans Albert mengembangkan rasionalisme kritis, di mana sesuatu dianggap rasional jika bisa dikenai prinsip falsifikasi. Jika ada kebenaran puncak, maka akan muncul infinite regress, lingkaran setan logika, dan dogmatisme. Bertrand Russell menyatakan bahwa agama adalah sisa-sisa dari masa kecil akal kita dan akan tersingkirkan saat kita mengadopsi akal dan ilmu pengetahuan.

Sindiran Agnostik terhadap Agama

Mark Twain menyindir bahwa lebih mudah membohongi orang daripada meyakinkan mereka bahwa mereka telah dibohongi. Clarence Darrow menyatakan bahwa ia adalah seorang agnostik dan tidak pura-pura tahu seperti orang-orang yang merasa yakin. Clo Meen menyatakan bahwa moralitas adalah melakukan kebaikan apapun yang orang katakan, sedangkan agama adalah melakukan apa yang dibilang orang, tidak peduli baik atau buruk. Keraguan dalam iman bukanlah ujian Tuhan, tetapi kebenaran yang berusaha membebaskanmu.

Kesimpulan

Di Swedia, negara dengan jumlah agnostik terbanyak, hasil survei menunjukkan bahwa penduduknya paling bahagia. Kesimpulannya, ada yang salah dengan keberagamaan kita. Agama seharusnya menjadi pedoman untuk kebahagiaan dunia akhirat, tetapi jika hasilnya kebalikannya, berarti ada yang keliru. Minggu depan akan dibahas tentang teodisi (problem kejahatan).

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ