Ringkasan Singkat
Video ini membahas sejarah Daulah Mughal di India, dari awal berdirinya hingga keruntuhannya. Beberapa poin penting yang dibahas meliputi:
- Pendirian Daulah Mughal oleh Zahiruddin Muhammad Babur pada tahun 1526.
- Peran penting Babur, yang merupakan keturunan Mongol, dalam mendirikan kerajaan Islam di India.
- Kebijakan-kebijakan kontroversial Sultan Akbar, termasuk konsep Din-i-Ilahi.
- Puncak kejayaan Daulah Mughal di bawah kepemimpinan Shah Jahan, yang ditandai dengan pembangunan Taj Mahal.
- Kemerosotan Daulah Mughal setelah Aurangzeb dan berakhirnya kekuasaan Mughal pada tahun 1858.
Pendahuluan
Video ini akan membahas sejarah Daulah Mughal di India, menjelaskan bagaimana kerajaan Islam dapat berdiri dan berkuasa di tengah masyarakat Hindu-Buddha. Selain itu, video ini juga akan membahas peran orang-orang keturunan Mongol dalam pendirian Daulah Mughal, serta mengapa tidak banyak jejak kebesaran Islam yang tersisa di India saat ini.
Awal Mula Islam di India
Daulah Mughal bukanlah kekuasaan Islam pertama di India. Islam masuk ke India pada abad ke-7 Masehi atau bahkan pada abad pertama Hijriyah di era Khalifah Umar Bin Khattab. Penyebaran Islam terus berlanjut di era Daulah Umayyah dan Abbasiyah, hingga muncul pemerintahan-pemerintahan Islam kecil di wilayah pinggiran India. Pada tahun 962 Masehi, muncul dinasti Ghazni dan Ghuri yang lebih besar. Pada tahun 1126 Masehi, penyebaran Islam mencapai tengah India dengan berdirinya Daulah Delhi, yang kemudian ditaklukkan oleh Daulah Mughal pada tahun 1526 Masehi.
Pendirian Daulah Mughal oleh Babur
Babur, pendiri Daulah Mughal, adalah keturunan bangsa Mongol dari garis ayah dan ibu. Ayahnya adalah Umar Mirza, penguasa muslim Farhana. Babur memiliki ambisi untuk menguasai wilayah Samarkand dan berhasil menguasainya pada tahun 1494 Masehi dengan bantuan Daulah Safawi yang berideologi Syiah. Setelah Samarkand, Babur menargetkan Kabul dan kemudian India. Memanfaatkan krisis di India di bawah kepemimpinan Ibrahim Lodi, Babur berhasil mengalahkan Lodi dalam pertempuran di Panipat pada tahun 1526 Masehi dan mendirikan Daulah Mughal di India.
Kepemimpinan Humayun
Setelah Babur meninggal pada tahun 1530 Masehi, kepemimpinan Daulah Mughal diteruskan oleh putranya, Humayun. Masa kepemimpinan Humayun diwarnai dengan pemberontakan, termasuk dari Bahadur Shah. Pada tahun 1540 Masehi, Humayun digulingkan oleh Sher Shah Suri dan melarikan diri ke Persia untuk meminta perlindungan kepada Daulah Safawi. Humayun berhasil merebut kembali Daulah Mughal pada tahun 1555 Masehi, tetapi meninggal dunia setahun kemudian.
Masa Kejayaan di Bawah Akbar
Kepemimpinan dilanjutkan oleh putra Humayun, Jalaluddin Muhammad Akbar. Meskipun masih berusia 14 tahun, Akbar berhasil membawa Daulah Mughal mencapai kejayaan. Pada awal pemerintahannya, Akbar mempercayakan urusan pemerintahan kepada Bairam Khan, seorang jenderal Syiah. Akbar berhasil meredam ancaman dari sisa-sisa keturunan Sher Shah Suri dan mengalahkan kekuatan Hindu dalam perang Panipat 2 pada tahun 1556. Setelah dewasa, Akbar menyingkirkan Bairam Khan dan mulai melakukan ekspansi wilayah.
Kebijakan-Kebijakan Kontroversial Akbar
Akbar dikenal dengan kebijakan politik Sulh-i-Kul atau toleransi universal, yang bertujuan untuk menciptakan kerukunan masyarakat India yang beragam. Akbar juga menerapkan tiga bahasa dalam pemerintahannya: Arab, Turki, dan Persia. Selain itu, Akbar juga melakukan terobosan di bidang agama dengan menerapkan konsep Din-i-Ilahi, yang menggabungkan unsur-unsur terbaik dari ajaran Islam, Hindu, dan agama lainnya. Kebijakan ini menuai kontroversi dan ditentang oleh banyak pihak, termasuk putranya sendiri.
Jahangir dan Shah Jahan
Setelah Akbar meninggal pada tahun 1605 Masehi, kepemimpinan Daulah Mughal diteruskan oleh putranya, Nuruddin Muhammad Salim atau Jahangir. Jahangir berhasil memadamkan pemberontakan dan memperluas wilayah kekuasaan Mughal. Setelah Jahangir meninggal pada tahun 1627 Masehi, kepemimpinan diteruskan oleh putranya, Shah Jahan. Di bawah kepemimpinan Shah Jahan, Daulah Mughal mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang, terutama kebudayaan dan arsitektur. Peninggalan paling monumental dari masa pemerintahannya adalah Taj Mahal.
Aurangzeb dan Kemerosotan Mughal
Setelah Shah Jahan meninggal pada tahun 1666 Masehi, kepemimpinan diteruskan oleh putranya, Aurangzeb. Aurangzeb merupakan sultan yang tegas dalam memurnikan syariat Islam dan menerapkan kebijakan-kebijakan yang berbeda dengan pendahulunya, seperti melarang perjudian, minuman keras, dan upacara Sati. Kebijakan ini menimbulkan pemberontakan dari kalangan Hindu, tetapi berhasil dipadamkan oleh Aurangzeb. Meskipun berhasil memperluas wilayah kekuasaan Mughal, Aurangzeb meninggal pada tahun 1707 Masehi dan setelah itu Daulah Mughal mulai mengalami kemerosotan.
Keruntuhan Daulah Mughal
Setelah Aurangzeb meninggal, terjadi konflik perebutan kekuasaan antara para putra Bahadur Shah. Kekacauan politik terus terjadi hingga banyak terjadi pergantian sultan. Pada masa pemerintahan Shah Alam, Daulah Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin Ahmad Khan. Keluarga Daulah Mughal kemudian bekerja sama dengan perusahaan Inggris (East India Company) untuk mendapatkan jaminan kehidupan. Namun, Bahadur Shah II mencoba membatalkan perjanjian tersebut, yang memicu konflik dengan Inggris. Inggris akhirnya menghancurkan Daulah Mughal pada tahun 1858 Masehi dan mengusir Bahadur Shah II dari istana, menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan Islam Mughal di India.

