The Secret Learning Habits That Made Benjamin Franklin Both Humble and Rich

The Secret Learning Habits That Made Benjamin Franklin Both Humble and Rich

Ringkasan Singkat

Video ini membahas bagaimana Benjamin Franklin, seorang remaja pelarian tanpa pendidikan formal, berhasil menjadi penulis terkenal, pencetak kaya, penemu, dan diplomat ulung. Kunci keberhasilannya adalah kebiasaan yang ia latih secara disiplin. Video ini juga memberikan tips tentang bagaimana menerapkan kebiasaan-kebiasaan tersebut untuk belajar lebih cepat dan menguasai berbagai bidang.

  • Membaca dengan tenggat waktu
  • Berdiskusi dengan orang yang tepat dalam situasi terstruktur
  • Mengumpulkan pengetahuan melalui pertanyaan
  • Menetapkan aturan dan mematuhinya
  • Membuat catatan yang hebat
  • Memiliki sinergi kebiasaan yang tersinkronisasi
  • Menggunakan waktu untuk berpikir reflektif
  • Membangun kebiasaan yang disengaja dan menumpuk keterampilan yang strategis
  • Menggunakan metafora

Intro

Video ini membahas bagaimana Benjamin Franklin, seorang remaja pelarian yang bangkrut dan kelaparan, bisa menjadi penulis buku terlaris, pencetak kaya, penemu, dan filsuf yang disegani. Keberhasilannya tidak terjadi secara kebetulan, melainkan melalui latihan dan kebiasaan yang dibangun dengan sengaja. Video ini akan membahas bagaimana Franklin melatih dirinya menjadi seorang polymath kelas dunia dan bagaimana kita dapat menggunakan kebiasaan yang sama untuk belajar lebih cepat, berpikir lebih mendalam, dan menguasai berbagai bidang.

Apa itu Polymath?

Istilah polymath sering disalahartikan sebagai seseorang yang memiliki banyak hobi. Namun, Franklin adalah seorang polymath sejati yang sengaja membangun penguasaan dalam berbagai disiplin ilmu melalui kekuatan kebiasaan, bukan karena hak istimewa atau keturunan. Dia bukan seorang jenius, tetapi memiliki kemauan keras untuk berlatih hal yang benar berulang-ulang.

Membaca dengan Tenggat Waktu

Salah satu kebiasaan besar yang dipelajari dari Franklin adalah membaca dengan tenggat waktu. Saat bekerja di percetakan milik saudaranya, Franklin diam-diam meminjam buku dari penjual buku di malam hari, membacanya semalaman, dan mengembalikannya sebelum ada yang menyadarinya. Ini adalah latihan di bawah tekanan yang mengasah fokus dan ingatan. Untuk menerapkan kebiasaan ini, pilihlah sebuah buku, letakkan jari Anda di titik yang ingin Anda baca, lalu paksa diri Anda untuk membaca hingga titik tersebut dalam jangka waktu tertentu.

Berdiskusi dengan Orang yang Tepat

Franklin juga membaca pikiran orang lain lewat percakapan mereka. Dia menyadari bahwa percakapan berkualitas tinggi dapat mengajarkan lebih dari 100 buku dan seringkali jauh lebih cepat. Untuk itu, ia mendirikan Junto, pertemuan mingguan para pedagang, penulis, dan pemikir yang bersedia berbagi ide-ide mereka dengan cara yang terstruktur. Franklin percaya bahwa seseorang yang terbungkus dalam dirinya sendiri membuat ikatan yang sangat kecil.

Mengumpulkan Pengetahuan Melalui Pertanyaan

Franklin adalah orang yang sangat keras kepala, tetapi dia tahu bahwa mendengarkan lebih penting daripada berbicara. Namun, mendengarkan tidaklah berguna jika tidak mengarahkan kekuatan dan rasa dari apa yang didengar. Franklin mengajukan pertanyaan bukan untuk memamerkan kepintarannya, tetapi untuk menyempurnakan pemikirannya, menantang biasnya, dan membuka perspektif baru. Jadikan bertanya sebagai cara belajar utama, baik saat membaca maupun saat berbincang-bincang.

Menetapkan Aturan dan Mematuhinya

Selain mendapatkan hasil yang lebih baik, dengan mengikuti aturan, pikiran menjadi lebih bebas dan memiliki lebih banyak ruang. Kendala menciptakan kebebasan. Franklin menuliskan 13 kebajikan untuk kesempurnaan moral dan mengikutinya. Dengan demikian, ia memiliki pikiran yang lebih jernih karena tidak perlu mengingat pelanggaran atau dosa terhadap sesama manusia. Jika otak dipenuhi rasa bersalah, akan mengalami banyak penyumbatan dan tidak dapat fokus dan berkonsentrasi.

Membuat Catatan yang Hebat

Franklin mengembangkan stenonya sendiri dan menulis ulang gagasan dari buku dengan kata-katanya sendiri. Kemudian, ia menantang dirinya sendiri untuk menulis ulang gagasan tersebut dari ingatan dan melihat seberapa dekat hasilnya. Ia juga menciptakan dialog-dialog sokrates antara para tokoh dan membuat mereka berbicara satu sama lain dalam drama pendek. Ini membantunya mempelajari prinsip-prinsip dengan sangat baik.

Sinergi Kebiasaan yang Tersinkronisasi

Keterampilan dan kebiasaan Franklin tidak acak, melainkan membangun atas diri mereka sendiri. Bisnis percetakannya menyokong bisnis penerbitannya yang meningkatkan pengaruh politiknya karena dia menerbitkan kontennya sendiri. Dia memiliki visi sentropedal, yaitu menumpuk beberapa keterampilan bersama-sama secara sentripetal dalam rangka mencapai visi yang lebih besar.

Menggunakan Waktu untuk Berpikir Reflektif

Franklin menggunakan waktunya dalam versi awal dari pemblokiran waktu. Namun, kejeniusannya sebenarnya terletak pada ruang yang ia tinggalkan untuk berpikir. Dia akan mengajukan pertanyaan dan akan ada waktu untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Memiliki waktu untuk berpikir reflektif membantu menjaga fokus selaras dengan tujuan.

Keselamatan dalam Eksperimen

Franklin melakukan eksperimen ilmiah, tetapi ia juga mencoba mencari cara untuk tetap aman dalam eksperimennya. Ini datang dari memikirkan apa yang dilakukan. Dalam perjalanan polimatik, cobalah pikirkan keselamatan sendiri dan biarkan diri membayangkan semua jenis eksperimen, tetapi selalu lakukan semacam uji tuntas di mana memeriksa untuk memastikan bahwa apa yang dilakukan sebenarnya tidak akan membahayakan.

Jangan Menunggu Waktu yang Tepat

Franklin tidak menunggu waktu yang tepat, guru yang tepat, atau kesempatan yang tepat. Jika dia melakukannya, sejarah tidak akan mengingatnya. Mulailah dengan satu kebiasaan, satu pertanyaan, satu halaman jurnal dan teruslah melakukannya hari demi hari.

Metafora Mental

Franklin menggunakan banyak metafora. Masyarakat bisa menjadi tali yang terikat atau bisa juga menjadi ujung-ujungnya yang berjumbai. Metafora mental dapat mengendalikan. Gunakan metafora mental yang memberdayakan untuk menggambarkan situasi yang tengah coba diselesaikan atau untuk membantu diri sendiri menjalani hidup dengan lebih baik.

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ