Ringkasan Singkat
Video ini membahas perubahan sikap Donald Trump terhadap Iran selama masa jabatan keduanya sebagai presiden AS. Awalnya, Trump menunjukkan kecenderungan untuk menghindari perang dan membuat kesepakatan dengan Iran, tetapi kemudian ia menghadapi tekanan dari kelompok pro-Israel dan tokoh-tokoh Republik yang lebih hawkish. Akhirnya, Trump terpengaruh oleh kekhawatiran tentang program nuklir Iran dan kemungkinan serangan Israel, yang menyebabkan perubahan kebijakan dan potensi keterlibatan AS dalam konflik.
- Trump awalnya berjanji untuk menghindari perang dan membuat kesepakatan dengan Iran.
- Tekanan dari kelompok pro-Israel dan tokoh Republik yang hawkish memengaruhi perubahan kebijakan Trump.
- Kekhawatiran tentang program nuklir Iran dan potensi serangan Israel memainkan peran penting dalam keputusan Trump.
Presiden Amerika yang Anti-Perang
Pada awal masa jabatan keduanya, Trump berjanji untuk menghindari perang di luar negeri dan membuat kesepakatan dengan musuh-musuh Amerika. Ia memilih orang-orang yang loyal daripada yang berpengalaman untuk mengisi kabinetnya, termasuk Steve Wickoff dan Senator Marco Rubio. Trump juga merekrut Jenderal Dan Kaine, Peter Hexith dari Fox News, dan anti-intervensionis Tulsi Gabbard. Meskipun ada kekhawatiran tentang kualifikasi mereka, Trump tampaknya memprioritaskan pembuatan kesepakatan dan menolak rencana kebijakan luar negeri Israel yang lebih tegas.
Perubahan Pendirian Trump
Seiring berjalannya perundingan nuklir, Trump menghadapi tekanan dari kelompok pro-Israel yang khawatir kesepakatan itu akan terlalu lunak terhadap Iran. Lebih dari 200 anggota Kongres dari Partai Republik menandatangani surat yang menyerukan Trump untuk mengamankan kesepakatan yang sepenuhnya membongkar program nuklir Iran. Di bawah tekanan ini, Trump dan Wickoff mengubah pendirian mereka dari pengayaan uranium terbatas menjadi pengayaan nol, yang membuat pembicaraan menjadi lebih sulit. Para kritikus juga memperingatkan bahwa Iran menggunakan perundingan tersebut untuk mengulur waktu agar bisa mendekati bom.
Pengaruh Tokoh-Tokoh Kunci
Dalam kekosongan wewenang di sekitar presiden, tokoh-tokoh seperti Jenderal Eric Carrilla turun tangan untuk mempermainkan ketakutan terbesar Trump bahwa ia sedang ditipu oleh Iran. Jenderal Carrilla meyakinkan Pentagon untuk mengirim kapal induk kedua dan penempatan baru jet tempur ke Timur Tengah. Tokoh-tokoh seperti Peter Hexiff dan Tulsi Gabbard, yang ingin membatasi keterlibatan AS, tidak mampu melawan dan akhirnya semakin tersingkir.
Pertemuan di Camp David dan Rencana Israel
Pada akhir Mei, intelijen AS menunjukkan bahwa Israel berencana untuk menyerang Iran dengan atau tanpa bantuan Amerika. Pada tanggal 8 Juni, Trump dan timnya bertemu di Camp David untuk mempertimbangkan pilihan kebijakan mereka. Keesokan harinya, Netanyahu memaparkan rencananya kepada Trump, dengan mengatakan bahwa Israel sudah memiliki pasukan di Iran dan rencananya siap dilaksanakan. Meskipun Trump tidak membuat komitmen apa pun, ia mengatakan kepada para penasihatnya bahwa ia mungkin harus membantu Israel.
Dukungan Awal dan Perubahan Situasi
Meskipun intelijen AS tidak yakin dengan klaim Israel bahwa Iran hampir memiliki bom, Trump terkesan dengan rencana Israel dan semakin pesimis tentang perundingan dengan Iran. Ia mendukung gagasan menggunakan ancaman kekuatan militer untuk melemahkan posisi Iran. Setelah serangan Israel awalnya berhasil, ia ingin mengambil keuntungan atas kerusakan yang ditimbulkannya pada kapasitas militer Iran. Namun, segera menjadi jelas bahwa Israel tidak hanya mengincar lokasi nuklir, tetapi juga menargetkan kepemimpinan Iran tanpa rencana keluar yang jelas.
Kekhawatiran dan Kritik dari Basis MAGA
Ketika Israel meminta AS bergabung dalam operasinya, banyak pihak khawatir akan terseret ke dalam perang pergantian rezim yang lebih besar. Basis MAGA Trump sendiri menjadi semakin skeptis terhadap pengiriman sumber daya ke Israel dan penempatan militer di Timur Tengah. Tokoh-tokoh MAGA akar rumput seperti Tucker Carlson dan Alex Jones mengkritik kecondongan Trump ke arah perang, dengan menyatakan itu bukan urusan Amerika.
Keputusan Trump yang Akan Datang
Trump mengatakan dia akan membuat keputusan dalam dua minggu. Sementara itu, faksi-faksi Republik yang bersaing berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya sebelum hal itu terjadi. Trump tidak memedulikan ideologi, melainkan tentang menjadi bagian dari tim pemenang, dan dia selalu yakin Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir.